Senin, 07 Desember 2020

Habib Alwi bin Abdul Aziz Al Zamadghon

Habib yang punya strategi sendiri untuk memahami hubungan Renaissance dan Islam. Beliau juga Habib pemberi nama Nahdlatul Ulama (NU). Adalah Sayid Alwi Abdul Aziz al-Zamadghon atau dikenal juga Habib Alwi Abdul Aziz Azmatkhan orangnya. Nama beliau tidak semasyhur Kyai Hasyim Asy’ari dan Kyai Wahab Chasbullah. Beliau lazim disebut Kiai Mas Alwi, putra kiai besar, Abdul Aziz al-Zamadghon. Bersepupu dengan KH. Mas Mansyur dan termasuk keluarga besar Sunan Ampel, yang juga pendiri sekolah Nahdlatul Waton dan pernah belajar di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Dari pulau garam, ia melanjutkan sekolah di Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo, lalu memungkasi rihlah ‘ilmiyah-nya di Makkah al-Mukarromah. Kyai Mas Alwi Abdul adalah salah satu pendiri Nahdlatul Ulama bersama Kyai Abdul Wahab asbullah dan Kyai Ridlwan Abdul dan lainnya, yang ketiganya bergerak secara aktif sejak NU belum didirikan. Beliaulah yang pertama mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Kyai Mas Alwi Abdul merupakan putra Kyai besar kala itu, yaitu KH. Abdul Aziz yang masuk dalam keluarga Ampel, Surabaya. Beliau pernah belajar di pesantren Syikhona Kholil Bangkalan, Madura. Kemudian melanjutkan ke pondok pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo lalu kemudian di Mekkah. Sebagaimana disebut dalam kisah berdirinya NU oleh Kyai’ As’ad Syamsul Arifin bahwa, sebelum tahun 1926 KH. M. Hasyim Asy’ari telah berencana membuat organisasi Jam’iyah Ulama, atau perkumpulan ulama. Saat didirikan dan mau diberi nama, para Kyaii berpendapat dan mengusulkan nama-nama yang berbeda. Namun Kyai Mas Alwi mengusulkan nama Nahdlatul Ulama. Kyai Hasyim Asy’ari bertanya : “Kenapa ada Nahdlah, kok tidak Jamiyah Ulama saja?”. Kyai Mas Alwi menjawab : “Karena tidak semua Kyai memilki jiwa Nahdlah (bangkit). Ada Kyai yang sekedar mengurusi pondoknya saja, tidak mau perduli terhadap jamiyah”. Akhirnya para Kyai menyepakati nama Nahdlatul Ulama sebagai pilihan untuk nama sebuah organisasi sampai saat ini. Tidak ada data yang pasti mengenai kelahiran Kyai Mas Alwi. Hanya ditemukan petunjuk dari kisah Kyai Mujib Ridlwan bahwa ketiga kyai yang bersahabat di masa itu, yakni Kyai Ridlwan Abdullah, Kyai Wahab Hasbullah dan Kyai Mas Alwi adalah orang-orang yang tidak terlalu jauh jaraknya dalam hal usia. Disebutkan bahwa di awal-awal berdirinya NU yakni tahun 1926, usia Kyai Ridlwan 40 tahun, Kyai Wahab 37 tahun dan Kyai Mas Alwi 35 Tahun. Dengan demikian, Kyai Mas Alwi diperkirakan lahir pada sekitar tahun 1890-an. Kyai Mas Alwi merupakan putra Kyai Besar kala itu, yaitu KH Abdul Aziz yang masuk dalam keluarga besar Ampel, Surabaya. Saya juga belum menemukan data yang cukup mengenai masa kecil beliau dan silsilah keluarganya. Ketiga kyai diatas, yakni Kyai Ridlwan Abdullah, Kyai Wahab Hasbullah dan Kyai Mas Alwi, bukan sosok yang baru bersahabat ketika mendirikan sekolah Nahdlatul Wathon, namun jauh sebelum itu, ketiganya telah bersahabat sejak berada di Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Kyai Ridlwan mengisahkan kepada putranya Kyai Mujib bahwa Kyai Wahab dan Kyai Mas Alwi adalah dua kyai yang sudah terlihat hebat sejak berada di pondok, baik kecerdasan dan kepandaiannya. Kyai Mujib kemudian menyebutkan bahwa dua kyai tersebut kemudian melanjutkan ke Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo, kemudian ke Makkah termasuk juga Kyai Ridlwan Abdullah. Kyai Mas Alwi bersama Kyai Ridlwan Abdullah, Kyai Wahab Hasbullah dan saudara sepupunya Kyai Mas Mansur, turut membidani berdirinya sekolah Nahdlatul Wathon, dan Kyai Mas Mansur lah yang menjadi kepala sekolah sebelum terpengaruh pemikiran pembaharuan Islam di Mesir yang akhirnya menjadi pengikut Muhammadiyah. Namun, setelah tersiar kabar bahwa Kyai Mas Alwi ikut kerja dalam pelayaran, maka beliau dipecat dari sekolah tersebut, akan tetapi sepulang dari Eropa beliau diterima kembali mengajar di Nahdlatul Wathon, dan justru Kyai Mas Mansur yang akhirnya dipecat oleh para kyai karena telah terpengaruh pemikiran Muhammad Abduh. Saat merebaknya isu “Pembaharuan Islam” (Renaissance), Kyai Mas Mansur, adik sepupu Kyai Mas Alwi mempelajarinya ke Mesir, kepada Muhammad Abduh. Maklum, Mas Mansur adalah keluarga yang mampu secara finansial sehingga beliau dapat mencari ilmu ke Mesir. Sementara Kyai Mas Alwi bukan dari keluarga yang kaya. Oleh karenanya Kyai Mas Alwi berkata: “Apa sih yang sebenarnya dicari oleh Adik Mansur ke Mesir? Renaissance atau pembaharuan itu tempatnya di Eropa”. Maka beliau pun berusaha untuk mengetahui apa sebanarnya renaissance ke Eropa, saat itu beliau pergi ke Belanda dan Prancis dengan mengikuti pelayaran. Di masa itu, orang yang bekerja sebagai pelayaran mendapat stigma yang sangat buruk dan memalukan bagi keluarga, sebab pada umumnya pekerja pelayaran selalu melakukan perjudian, zina, mabuk dan lain sebagainya. Sejak saat itulah keluarga Kyai Mas Alwi mengeluarkannya dari silsilah keluarga dan ‘diusir’ dari rumah. Setiba di tanah air, Kyai Mas Alwi dikucilkan oleh para sahabat dan tetangganya. Akhirnya Kyai Mas Alwi membuka warung kecil di daerah Jl. Sasak, dekat wilayah Ampel untuk berjualan memenuhi hajat hidupnya. (Bersambung)

Minggu, 06 Desember 2020

HUKUM ISBAL

maaf.. mencoba menjawab

Dalam Majalah Suara Muhammadiyah No. 01 tahun 2004, memakai kain sarung atau celana yang melampaui kedua matakaki pada dasarnya bukanlah sesuatu yang dilarang dalam agama Islam. Larangan itu berlaku bagi mereka yang memakai sarung atau celana menutupi atau di bawah matakaki  dengan niat untuk kemegahan, menyombongkan diri, dan rasa angkuh yang timbul dalam dirinya. Apalagi sarung atau celana itu sampai menyapu tanah seperti yang biasa dilakukan oleh raja-raja atau para bangsawan masa dahulu. Memakai sarung atau celana dengan panjang sampai menyapu tanah tidak saja memperlihatkan kesombongan dan keangkuhan seseorang, tetapi juga dapat mengotori pakaiannya. Padahal pakaian baik celana ataupun sarung harus dalam keadaan suci dan bersih ketika beribadah.

Memang benar ada sejumlah hadits yang menerangkan bahwa “menurunkan pakaian di bawah mata kaki” menyentuh tanah dicela oleh syara’. Tetapi harus diingat, “celaan itu berkaitan dengan sifat sombong/angkuh” dari si pemakai pakaian itu. Beberapa hadits tersebut sebenarnya berkaitan dengan adab/akhlaq dalam berpakaian, berikut diantaranya :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلَاءَ. [متفق عليه]

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Allah tidak memandang kepada orang yang memanjang (menyeret) pakaiannya dalam keadaan sombong.” [HR al-Bukhari dan Muslim]

Yang dimaksud dengan ‘jarra tsaubah’, dijelaskan oleh hadits menurut lafal al-Bukhari, yaitu:

مَا أَسْفَلَ مِنَ اْلكَعْبَيْنِ مِنَ اْلإِزَارِ فيِ النَّارِ

Artinya: “Pakaian yang dalamnya di bawah kedua matakaki berada dalam neraka.”

“Tidak dipandang oleh Allah dengan pandangan kasih sayangnya” , memiliki arti Allah tidak memberi rahmat kepada orang yang memanjangkan/menyeret celana atau sarungnya (sampai ke tanah) karena sombong/amgkuhnya itu, baik pria maupun wanita.

Menurut hadits yang ditakhrijkan oleh al-Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa`i, tatkala Abu Bakar ra mendengar pernyataan Rasulullah SAW pada hadits di atas, beliau ( Abu Bakar ra.) menghadap Rasulullah saw dan berkata:

أَنَّ إِزَارِيْ يَسْتَرَخَي إِلاَّ أَنْ تُعَاهِدُهُ

Artinya : “Sesungguhnya sarungku menutupi matakakiku”

Rasulullah saw menjawab “Sesungguhnya engkau bukan termasuk orang yang melakukan kesombongan.”

Dari keterangan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa boleh memakai sarung atau celana yang panjangnya di bawah atau menutupi matakaki, sebagaimana dibolehkannya sahabat Abu Bakar. Asal tidak terdapat di dalamnya unsur-unsur kesombongan. Selain itu, sarung atau celana yang menyapu tanah dapat mengotori sarung atau celana tersebut, sehingga dapat merusak nilai dalam ibadah.

sumber:
http://www.lppmnuansa.com/2018/12/hukum-isbal-dalam-pandangan-muhammadiyah.html?m=1

Minggu, 11 Oktober 2020

BERSEGERA BERZAKAT

Cara memukul dengan SAMSAK

Salurkan zakat

MASYA ALLAH, Inilah Rahasia Allah Menciptakan Burung GAGAK

PROF DR KH KAMRANI BUSERI, MA IKLAN DHUAFA TERSENYUM

Puasa d usiaa 98 tahun

SHALAT KHUSYU TINJAUAN SEGI MEDIS TVRI KALSEL 'FOKUS ISLAMI' 2007 Ust R...

ZAKAT FITRAH DIBAYARKAN DENGAN BERAS ATAU UANG?

Syech Husain Jabeer

H M Rosehan NB SH IKLAN DHUAFA TERSENYUM

Sholeh ibadah tapi tidak Sholeh Harta

Ucapan Milad Banjartv ke 13

CARA MENGHITUNG DAN KONSULTASI ZAKAT PENGHASILAN BERSAMA Abie Audah

SENYUM DHUAFA

Memper yahankan ezensi Taqwa

DETIK DETIK PROMOSI DOKTOR HUKUM ISLAN UIN SGD BANDUNG

USIA TUA TETAP BERPUASA

Abie Audah

Abie Audah Banua

IBU KERAMAT HIDUP

Rahim Audah simak siaran langsung dari RRi Banjarmasin pro i setip hari s

Hewan Qurban ke 13 Dhuafa Tersenyum

BERBAGI MENUJU MILAD KE 20 YAYASAN DHUAFA TERSENYUM

Abie Audah 2 Sholeh Dalam Ibadah tapi tidak Sholeh dalam Harta

ABIE AUDAH "TIGA TIPU DAYA SYAITAN"

ABIE AUDAH 4, ENERGI SHODAQOH

Rabu, 07 Oktober 2020

Pribahasa Banjar

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Maji

TAGUH UNTALAN

Nakal, bandel sejak kecil hingga dewasa. Kerjanya berkelahi, mengganggu orang, pendek kata, selalu menjadi tukang onar. Berbagai masalah, berujung perkelahian, sumbernya pasti dia. Tidak perlu banyak pikir, yang penting tindakan, aksi, sekalipun pilihannya kekerasan. Begitulah seseorang yang disebut taguh untalan.

Taguh artinya tahan, kebal akan senjata tajam. Untalan, berarti yang ditelan. Dahulu, ketika adu fisik, perkelahian, menjadi cara memenangkan pertarungan hidup. Perkelahian menggunakan senjata, sering terjadi. Saat tidak kebal terhadap senjata, akan mati bersimbah darah dibunuh lawan yang tidak suka. Agar melindungi diri dari senjata,  ada sejumlah benda, seperti ajimat, yang bisa ditelan, sebagai syarat kebal terhadap senjata tajam.

Kalau sudah kebal, karena ada ajimat yang ditelan, disebut taguh untalan. Artinya kebal karena ada yang ditelan, sebagai penangkal tidak luka dari senjata. Namun ketika dijadikan ungkapan, orang yang disebut taguh untalan, bukanlah seperti makna harafiahnya. Akan tetapi seseorang yang nakal, bandel, sudah sejak kecil. Tidak takut berkelahi, bahkan tidak pernah menangis bila harus adu pukul. Tahan akan sakit, berani menantang maut. Padahal kalau terkena senjata tajam, juga luka seperti orang biasa.

Ungkapan ini seakan ingin mengidentifikasikan karakter seseorang, yang sejak kecil bandel – suka berkelahi. Terhadap orang seperti ini, walau pun sudah berumur, jangan coba-coba menantang adu keberanian. Sama halnya seperti membangunkan macan tidur. Tantangan, akan langsung dibeli, bukan dihindari. 

Bahwa ada orang yang dilahirkan memang pemberani, suka menantang resiko. Sehingga acap kali terlibat perkelahian. Berkelahi menjadi cara menyelesaikan masalah. Orang seperti itu disebut “nakal”, karena sering kali suka mencari soal, agar berakhir dengan perkelahian dan menang. Seperti tokoh Akhilles, pahlawan Yunani, yang memenangkan perang Troya. Sejak kecil sangat berbakat berkelahi, tidak pernah kalah menghadapi musuh, sebanyak apapun. Karena sangat berbakat, akhirnya menjadi pahlawan perang, selalu menang dalam setiap peperangan.

Sekiranya yang taguh untalan disalurkan bakatnya dalam bidang olah raga bela diri, boleh jadi akan cemerlang karirnya. Sayangnya, isyarat-isyarat alam seperti ini hanya berakhir menjadi sebutan - bahkan menjadi stigma, taguh untalan. (nm)

KEPUTUSAN DIMALAM HAARI

Menarik sekali. Ternyata Al Qur'an sdh menyampaikan dg jelas 👇

*ALLAH SWT TELAH MENJELASKAN DIDALAM AL'QURAN TENTANG PARA PEMIMPIN DZOLIM YG SELALU MENGAMBIL KEPUTUSAN DI MALAM HARI*

*_✍🏻Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah) taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung( QS An- Annisa ayat 81)_*

*_✍🏻Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhoi. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.(QS An-Annisa ayat 108)_*

Maha Benar Allah SWT dengan segala firman-Nya

Selasa, 06 Oktober 2020

al Manzon

*PANGLIMA ISLAM YANG DITAKUTI EROPA, NAMUN JARANG UMAT ISLAM YANG MENGETAHUI BELIAU*

Laki-laki ini, berhasil membuat dunia Eropa berpesta ria saat dia meninggal!

Mereka duduk dan berpesta di atas kuburannya, sambil menikmati minuman dan wanita! Salah seorang yang hadir disana berkata,

“Demi Tuhan, kalau seandainya laki-laki ini masih bernafas, mustahil kita bisa tenang dan mungkin kita semua sudah mati”.

Dia bukanlah Shalahuddin Al ayyubi, tetapi dia adalah tokoh yang tidak kalah agungnya, tetapi tidak banyak yang mengenalinya.

Dialah Al Hajib Al Manzor.

Ketika Panglima Al Hajib Al Manzor meninggal, Eropa berpesta ria, sampai raja Alfonso datang ke kuburannya, dan mendirikan tenda besar di atasnya. Tepat di atas kuburan Al Manzor diletakkan sebuah ranjang bertatakan emas, kemudian dia tidur di atasnya bersama istrinya. Di atas kuburan panglima perang tentara islam di Andalusia…Alfonso berkata,

“Apa kamu tidak melihat aku hari ini telah menguasai seluruh wilayah Islam dan Arab? Dan aku duduk di atas kuburan panglima mereka!”

Salah seorang yang hadir pengawal berbisik, “Demi Tuhan, kalau seandainya laki-laki ini masih bernafas, mustahil kita bisa tenang dan mungkin kita semua sudah mati”.

Alfonso pun tahu dan marah, dengan lancangnya dia menarik pedangnya dan ingin menebas kepala pengawal itu.

Untung saja istrinya memegang tangan Alfonso, dan berkata, “Benar kata dia, masa kita bangga bisa tidur di atas kuburan musuh? Itu malah menambah keagungan musuh! Bahkan sampai dia mati kita tidak mampu mengalahkan dia! Sejarah menulis kemenangan dia, ditambah lagi setelah mati kita tidur di atas kuburan dia! Qué vergüenza!” 

*Al Hajib Al Manzor, nama aslinya Muhammad bin Aamer Al Aameri, lahir tahun 326 H, di selatan Andalusia.* Bergabung dalam pasukan pemerintah pada saat dia masih muda, dan menjadi kepala polisi di Cordova, karena keberaniannya dan jasanya.

Kemudian dia diangkat menjadi penasehat Gubernur Andalusia, kemudian dia menjadi Gubernur Andalusia dan Panglima tertingggi tentara Islam di Andalusia.

Dia pernah ikut dan memimpin lebih dari 50 perang, dan semuanya dimenangkannnya, selama dia memimpin, belum pernah kalah .

Perang terbesar yang pernah dipimpinnya adalah perang Leon di selatan Perancis, dimana tentara Eropa bersatu bersama tentara Leon. Banyak raja Eropa yang terbunuh, dan banyak juga yang ditawan, kemudian diapun mengumandangkan azan perdana di di bumi Perancis itu.

*Setiap kali menang dalam peperangan, dia pasti mengumandangkan azan, dan dia mengumpulkan debu yang lengket di pakaiannya, kemudian dimasukkan dalam botol. Dia mewasiatkan nanti apabila dia meninggal, agar botol itu dimasukkan dalam kuburannya, supaya kelak debu-debu itu menjadi saksi di sisi Allah.*

Eropa sangat membenci  Al Manzor, selama 25 tahun mereka banyak kehilangan tentara dan panglima di tangan Manzor, selama 25 tahun mereka tidak pernah tenang dan tidak bisa beristirahat.

Al Manzor selalu berdoa supaya dia mati syahid di medan perang, jangan sampai mati di antara tembok dan tiang istana. Dan doanya terkabul, dia syahid di medang perang saat berperang di perbatasan Perancis di dekat pegunungan Pyrenees.

*Dia syahid pada umur 60 tahun, dan 25 tahun dihabiskan untuk jihad dan menaklukkan musuh-musuh Islam.*

Sekarang udah tahu, kenapa Alfonso mendirikan kemah di atas kuburan  Al Manzor!

Copas.

("Chapter Two: Al-Andalus").

©

MANIS JAMBU

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

MANIS JAMBU

tidak harus cantik atau ganteng, cukup manis, sudah mempesona

Wajahnya manis memikat, seperti jambu. Padahal parasnya biasa saja, tapi banyak yang suka, terpesona. Melihatnya terasa nyaman, hati mudah terpikat. Begitulah gambaran orang yang wajahnya manis bagai jambu. 

Manis jambu, artinya manis yang sederhana, kalem. Pas manisnya. Cukup untuk tidak dikatakan hambar. Seperti ukuran gula pada secangkir teh, normalnya satu sendok, yang suka manis jambu, cukup setengah sendok saja. Begitu juga saat memasak makanan lainnya, saat tidak kuat pada rasa yang terlalu manis, dibuatlah manis sekedarnya, semanis jambu yang tidak terlalu terasa kemanisannya. 

Manisnya jambu, dipinjam sebagai ungkapan. Untuk mengatakan yang manisnya sederhana, tidak jelek, tidak pula manis  luar biasa. Kesederhanaan, sering kali lebih mempesona, dari pada yang berlebihan. Dinilai bersahaja, lebih awet, tahan lama. Semakin lama, semakin nyaman, tidak membosankan. 

Kesederhaan, itulah yang dipotret dalam ungkapan ini. Banyak hal bisa dilihat, mulai dari keramahan sederhana, sikap yang meneduhkan, membuat hati nyaman, betah. Hingga meminjamya untuk melihat paras perempuan, yang manisnya tidak membosankan. Semakin lama, tambah menarik, mempesona, memikat hati.

Saat mengagumi, memuji perempuan yang parasnya manis, agar tidak kentara, disebutlah manis jambu. Artinya manis yang tidak membosankan, bersahaja namun mempesona. Cirinya tidak terlalu putih, tidak pula hitam. Semuanya sederhana, pas, tidak berlebihan. Kecantikan natural, terpancar dari hati dan pribadi yang juga cantik. 

Begitu sederhananya kebudayaan mengilustrasikan paras dan pribadi yang mempesona. Menyenangkan hati semua orang. Membuat nyaman, walau hanya sekedar memandangnya. Hanya meminjam manisnya jambu, sudah mampu mewakili seluruh persepsi tentang manis yang sederhana nan mempesona. Tidak membosankan, justru menyenangkan. 

Kesederhanaan, harus diungkap dengan kesederhanaan pula. Tidak perlu berlebihan. Agar tetap menawan. Biarlah jambu mewakili kemanisan yang sederhana itu, agar tetap alami, tidak dipoles oleh pabrik dengan zat pemanis olahan lainnya yang jelas palsu. Cukup sederana, semanis jambu saja. (nm)

PRIBAHASA BANJAR

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

PARINDUAN

Induk semang, moyang. Keluarga pertama yang melahirkan banyak keturunan. Setelah lama menetap, berkembang biak menjadi koloni, kelompok. Satu sama lain saling terkait keluarga, karena berasal dari satu atau dua induk keluarga yang saling kawin mawin. Induk keluarga, disebut dengan parinduan. 

Boleh jadi diambil dari kata rindu, karena tidak ada yang paling dirindukan selain keluarga induk. Tempat berasal, tumbuh dan berkembang. Setiap kali mudik pulang kampung, yang membuat semangat adalah karena masih adanya keluarga induk, dengan segala kenangan masa kecil. Apalagi bila masih lengkap sebagai satu keluarga besar. Semakin lama meninggalkan keluarga, semakin memuncaklah kerinduan itu.

Karena keluarga adalah pusat dari kerinduan, ungkapan ini meminjam kata rindu untuk menyebut keluarga induk. Dari satu parinduan, lahirlah banyak generasi, membentuk keluarga baru, melahirkan parinduan-parinduan lainnya yang terus berkembang.

Satu hari, penulis datang ke suatu kampung, semua di kampung itu mengaku dari kampung Nagara – Hulu Sungai Selatan. Seorang ibu setengah baya bercerita, awalnya di kampung ini hanya ada dua parinduan yang datang dari Nagara, setelah itu kedua parinduan itu anaknya saling kawin mawin, terus berlanjut, hingga terbentuk satu kampung. Karena berasal dari parinduan yang sama, kami semua di kampung ini terkait satu keluarga. Padahal jumlah warga di kampug itu sudah ratusan. 

Pernah pula penulis bertemu dengan satu keluarga di Riau, mengaku turunan ketujuh dari satu parinduan yang datang sebelum gunung Krakatau Meletus. Keluarga tersebut sudah banyak sekali melahirkan generasi dan tetap menggunakan bahasa banjar sebagai cara berkomunikasi sehari-hari. 
 
Begitu arifnya kebudayaan banjar, menyebut keluarga induk sebagai parinduan. Menggambarkan dekatnya hubungan kekeluargaan sedarah, seketurunan. Sekalipun sudah berkembang biak sedemikian rupa, keluarga induk tetap diingat dan disebut sebagai parinduan.  Bahwa kerinduan utama, terpatri pada keluarganya. Selanjutnya, lahirlah konsep bubuhan, menununjukkan ikatan keluarga yang lebih besar, bisa karena sekampung, sedaerah – tempat kelahiran dan dibesarkan. Bila disebut bubuhan, ada ikatan yang kuat mematrinya, karena jangan-jangan kalau ditarik lurus ke atas, masih satu parinduan. (nm)

Makan Gratis

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

ADA NANG DITIMPASAKAN

tidak ada makan siang gratis

Jangan dikira setiap bantuan yang diberikan seseorang, selalu bersumber dari dirinya. Bisa jadi ada orang lain, atau pihak lain. Atau ada sumber cadangan yang dialokasikan untuk membantu. Kemampuan mencari cadangan lain, membuatnya mudah dan royal dalam aksi bantu membantu, menggambarkan ada nang ditimpasakan – ada yang membackup sumber dana.

Secara harfiah artinya ada yang bisa ditebaskan. Seperti gerakan pendekar silat menggunakan golok atau parang, menyerang lawannya. Ditimpasakan, berarti ditebaskan, agar musuh kalah terkapar.

Ditimpasakan, bermakna diselesaikan. Persoalan berupa problem keuangan dapat tuntaskan. Walaupun parang yang digunakan, milik orang lain. Yang penting masalahnya selesai. Parang, artinya sumber daya - dana, potensi. Memanfaatkan sumber daya di luar dirinya, untuk mengatasi masalah yang diminta diselesaikan.

Penerima bantuan tidak perlu repot mencari tahu dari mana sumbernya. Yang penting tujuan terpenuhi. Permintaan dikabulkan. Entah sumbernya dari langit, dari dasar bumi atau dari alam ghaib sekalipun, tidak perlu tahu. Problem sudah diatasi, walau boleh jadi hanya berpindah dari penerima kepada pemberi, berpindah lagi kepada pihak yang kena timpasan. 

Tergambar betapa ahlinya memanfaatkan potensi, atau mencari peluang alternatif untuk menjawab berbagai masalah yang diajukan. Hanya bisa dilakukan oleh yang punya alternatif sumber daya dan dana. Semakin ragam alternatifnya, semakin leluasa. Atau yang memiliki jaringan luas dan dipercaya, sehingga dapat memanfaatkannya, untuk menjawab yang diharapkan. Pendek kata, punya kemampuan mengolah potensi, untuk dimanfaatkan secara lebih luas.

Menjadi problem, bila yang kena timpasan merupakan pihak yang “terpaksa”, misalnya sedang terkena peras karena adanya kasus atau hubungan kerjasama. Seorang pejabat, untuk memenuhi gaya hidupnya yang super boros, memerlukan dana tidak sedikit. Agar terpenuhi, dimanfaatkanlah rekanan proyek, menjadi ATM atau kasir berjalan, dimintai uang kapan saja. Begitu juga dengan aparat penegak hukum, menjadikan oknum bermasalah hukum sebagai sapi perahan, untuk  membiayai gaya hidupnya. Sepertinya sangat royal, boros, uang tidak berseri. Padahal ada tumbal yang menjadi korban. Ada nang ditimpasakan. (nm)

Pribahasa Banjar

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

KADA KAYA GADANG PISANG

setiap aksi, selalu ada reaksi

Tidak seperti batang atau gedebong pisang, yang tidak bergerak, tidak bisa berbuat melakukan apapun. Walau dipukuli, diam saja tidak melawan. Pasrah menerima perlakuan atau diperlakukan. Manusia bukan batang pisang. Dia bergerak, bersikap, bereaksi bila ada tindakan  yang tidak wajar, apalagi menyakitkan. 

Dulu anak-anak remaja, di kampung banjar, ramai ikut latihan silat, kuntau hingga patikaman, yaitu inti gerakan ilmu silat mematikan. Seni bela diri menjadi permainan di kampung. Inilah olahraga paling murah. Untuk melatih memukul dan tendangan, dibuatlah samsak dari karung yang diisi pasir, digantung pada batang pohon. Namun ada juga yang usil, menjadikan batang pisang sebagai samsak. Batangnya yang lembek, tidak sakit ditendang walau sampai tumbang. Batang pisang dipukul, ditendang sekuatnya, tidak akan melawan. Fenomena ini dipinjam, dijadikan ungkapan.  

Kada kaya gadang pisang, artinya tidak seperti batang pisang, yang  dipukul tidak melawan sama sekali. Pesannya, manusia tidak akan berdiam diri saat diperlakukan tidak wajar. Harkat – martabatnya akan berontak. Pasti akan bersikap, bertindak, saat ada perlakuan menyakitkan. 

Apalagi atas perlakuan fisik, kekerasan. Siapapun tidak boleh melakukan kekerasan, baik fisik maupun verbal dan tindakan non fisik lainnya. Undang-undang anti kekerasan sudah melindungi, tidak boleh ada tindak kekerasan. Bahwa kekerasan merupakan perbuatan tidak beradab, melanggar kesusilaan, merendahkan martabat manusia. 

Ungkapan ini mengingatkan, hati-hati memperlakukan manusia. Selain ada konsekuensi hukum, pasti ada reaksi bila pelakuan fisik dianggap berlebihan. Kepada siapapun, orang lain atau pun sanak kerabat, sekalipun terkait hubungan darah atau perkawinan, tidak dibenarkan ada kekerasan. Manusia dituntut berkasih sayang, bukan saling merendahkan. 

Melawan, adalah bentuk reaksi atas aksi. Jangan heran bila banyak aksi kekerasan dibalas juga dengan bentuk kekerasan lain. Menggambarkan manusia memang tidak mau diperlakukan seperti batang pisang. Nalurinya bereaksi melawan. Kalau pun saat itu tidak berani, pasti menyimpan dendam. Kala dendam sudah membara, akan meledak menuntut balas. Ingat selalu, manusia itu kada kaya gadang pisang. (nm)

Minggu, 04 Oktober 2020

GAYA BUSANA RASUL

*EDISI CINTA RASUL*

*Style Pakaian Rasulullah  _Shallallahu Alaihi wa Sallam_*

Sudah menjadi kewajaran jika kita mencintai seseorang maka kita akan terinspirasi oleh cara berpikir dan gaya hidupnya, begitupun jika kita cinta dengan Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ maka beliau menjadi teladan dan idola kita.

Para ulama  berpendapat jika kita mengikuti hal-hal yang masuk kategori sisi manusiawi Rasulullah akan menambah ingatan dan kecintaannya dengan Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_.

Salah satu sisi manusiawi Rasulullah yang bisa kita ikuti adalah style pakaian beliau. Prinsip berpakaian yang menjadi kebiasaan Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ adalah jika mengenakan pakaian harus menutup aurat dan bermanfaat buat tubuhnya, maka beliau memilih yang terbaik, bagus, rapih dan sesuai, tidak terlalu longgar dan tidak juga sempit, tidak glamour, berlebihan dan bersikap sombong apalagi untuk menarik pujian manusia.

Pakaian bagus dan rapih Rasulullah lebih dimotifkan karna Allah _Azza wa Jalla_ menyukai keindahan dan kebersihan.

Imam Ibnul Qayyim menjelaskan beberapa style pakaian Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_;

1. Pakaian berlengan panjang, panjangnya tidak melewati pergelangan tangannya. Diameter lingkar tangannya tidak terlalu lebar dan atau pun sempit, sehingga bisa bergerak dengan leluasa.

2. Karakter ujung pakaian gamis atau sarung Rasulullah (atau celana panjang di zaman sekarang) biasa sampai di tengah betis, jika dipanjangkan beliau biasanya tidak melebihi mata kakinya. Style ini lebih sesuai untuk menutupi betis beliau saat musim dingin atau panas. 

Adapun bagi perempuan style yang dianjurkan adalah memanjangkannya sampai menutup mata kaki bahkan hingga tapak kakinya.

3. _Imamah_, serban yang dililitkan ke kepala beliau tidak terlalu besar hingga memberatkan kepala, juga tidak terlalu kecil, beliau mengukurnya sekedar untuk menghalangi rasa dingin di musim dingin atau panas di musim panas di kepalanya.

4. Adapun soal warna pakaian pavorit Rasulullah _Shallallahu Alaihi wa Sallam_ adalah warna putih dan hijau.

#Mukhlis Mukti Al Mughni

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اله و صحبه

*Salam dari Masjid Cut Meutia, Jakarta*

Minggu, 20 September 2020

pribahasa Banjar

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

DASAR AJALNYA

semuanya mungkin saja berubah bila ada keinginan

Sudah seperti itu keadaannya, aslinya, bawaan dasarnya, tidak bisa diubah lagi. Bisanya hanya dipahami, dimengerti, agar tidak terjadi masalah atau pun persoalan. Karakter, sifat, bila sudah mendarah daging, dianggap mendasar, sulit diubah. Karena sulit diubah, disebut dasar ajalnya.
 
Ajal, adalah akhir dari umur. ketentuanNya tidak dapat diubah. Setiap yang hidup pasti mati, satu kepastian yang tidak dapat ditolak. Siapapun, betapapun kayanya seseorang, atau setinggi apapun jabatannya, tidak dapat melawan ajal, takdir kematian. Pada waktu yang sudah ditentukan, ajal menjemput setiap orang tanpa mampu dihindari atau ditolaknya. Bahkan menunda sedetik pun tidak akan mampu.

Ajal yang tidak dapat diubah lagi tersebut, dipinjam untuk mengiaskan sifat seseorang yang tidak mau berubah. Padahal sifat, karakter, sangat mungkin diubah, bila yang bersangkutan mengubahnya. Kalau memiliki sifat bawaan pelit, bisa saja dilatih untuk dermawan, solider dan pandai berbagai. Semuanya mudah dilakukan, asal ada kemauan. Begitu pula sifat lainnya, seperti pemalas, dan lain sebagainya.

Ungkapan ini menyindir yang tidak mau mengubah sifat buruknya. Walau sudah dinasehati, diberkan petunjuk dan arahan, tetap saja tidak berubah. Akhirnya dengan segala kekesalan, keluarlah ungkapan dasar ajalnya. 

Bahwa hanya ajal yang tidak bisa diubah, sifat dan karakter, bagaimana pun kerasnya,  sangat mungkin berubah. Ketika tidak mau mengubah yang bisa diubah, maka sama dengan ajal. Hanya berubah bila ajal menjemputnya. 

Satu sindiran yang sangat pedas, manakala sifat dan karakter disejajarkan dengan ajal. Mestinya lentur, adaptif terhadap situasi dan kondisi. Tidak keras seperti batu. Pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang dimiliki, membentuk sifat yang keras menjadi lemah lembut, arif dalam bertindak, bersikap. 

Semakin tinggi ilmu, semakin berpengetahuan, lajimnya arif dan bijaksanakan segala tindakan.  Bila tidak ada perubahan, berarti ilmu tidak memberi pengaruh pada diri, pada sikap dan tindakan. Ilmu tereduksi hanya menjadi informasi. Sekedar tahu, tidak menjadi amalan. Manakala tidak ada perubahan, jangan salahklan bila dikritik dengan ungkapan, dasar ajalnya. (nm)

Sabtu, 19 September 2020

MANYALANG GAWIAN oleh Noorhalis Majid

 Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

MANYALANG GAWIAN

memanfaatkan waktu, cerdas bermanfaat
Menyisipkan waktu, sesuatu, kesempatan, dari pekerjaan yang sedang dilakukan. Mengambil celah waktu bekerja, untuk mengerjakan yang lain. Sebabnya karena ada hal mendesak diselesaikan, sementara waktu dan perhatian sudah dikapling mengerjarkan satu tugas tertentu.  Tidak ada pilihan, kecuali mengambil kesempatan celah waktu untuk mengerjakannya. Begitulah gambaran manyalang gawian.

Dari kata salang, menjadi manyalang, artinya simpang, menyimpang. Gawian, yaitu kerjaan. Manyalang gawian, menyimpangkan waktu untuk mengerjakan yang lain. Atau menyimpangkan gawian untuk mengerjakan gawian yang lain.

Tidak mudah mampu menyimpangkan waktu, atau mengambil celah waktu mengerjakan pekerjaan lain dari yang sedang dikerjakan. Apalagi bila pekerjaan pokok tersebut juga diberi target waktu penyelesaian. Sehingga sangat sulit waktunya disisihkan untuk yang lain. Namun kenyataannya bisa dilakukan. Buktinya, ada ungkapan yang menggambarkan hal tersebut dapat dilakukan.

Sedang memperbaiki kendaraan karena bekerja sebagai montir di sebuah bengkel. Tiba-tiba, saat masih proses memperbaiki mesin, perlu waktu mengeringkan olie agar benar-benar kering pada mesin. Celah waktu tersebut dimanfaatkan memperbaiki pipa yang bocor di rumah. Tidak perlu banyak waktu, hanya sebentar, seperti lamanya waktu menunggu olie menetes hingga kering pada mesin.

Bisa pula saat bekerja menjahit pakaian, karena sebagai tukang jahit. Dicelah waktu hingga date line selesainya pesanan belum berakhir, sambil membuat kue untuk pesanan kue ulang tahun. Karena sangat piawai membagi waktu, kedua pekerjaan tersebut diselesaikan dalam waktu bersamaan. Tidak ada yang dirugikan, karena baju juga selesai pada waktu dijanjikan.

Seorang yang multitalenta, mampu mengerjakan dua atau tiga pekerjaan berbeda pada satu waktu. Bukan hanya mampu melakukan pekerjaan tersebut, tapi juga mampu mencari celah waktu, sehingga semuanya bisa diselesaikan pada waktu bersamaan dengan jenis pekerjaan berbeda. Kepandaian mencari celah waktu ini yang sangat luar biasa.

Ungkapan ini menggambarkan, bahwa orang banjar terbiasa multitalenta, atau memiliki banyak kemampuan. Mengerjakan yang beragam, dan mengatur waktu. Tidak ada yang  kosong, semuanya diisi menjadi sangat bermanfaat, sehingga memperoleh hasil. Pandai mengambil  celah waktu, manyalang gawian, agar padat bermanfaat. (nm)

TINGKAT DEWA SENI LUKISNYA


 

Kamis, 17 September 2020

PRIBAHASA BANJAR

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

BAKANTI

Janjian, bersekongkol, bersepakat, bermufakat, dan lain-lain yang menggambarkan kerjasama diam-diam, tidak terbuka, untuk tujuan tertentu yang menguntungkan para pihak yang terlibat dalam kesepakatan tersebut. Begitulah kira-kira yang dimaksud bakanti.

Kanti artinya kawan, teman. Bisa pula orang yang menemani, penggiring. Bakanti, berarti berkawan. Makna dalam bahasa banjar, bukan sekedar berkawan, tapi bersekongkol. Ada isyarat-isyarat yang disepakati dalam persekongkolan tersebut, hanya yang terlibat yang tahu dan paham, hingga maksud dan tujuan persekongkolan tercapai.

Pernahkah mendengar skandal persekongkolan sepak bola? Beberapa tim bersekongkol bersama wasit dan panitia. Tim yang terlibat persekongkolan lalu main sabun. Pura-pura main sepak bola, padahal main judi. Skornya sudah ditentukan. Siapa yang menang dan siapa yang  kalah sudah diatur. Berapa menangnya dan berapa selisih goalnya bahkan sudah disepakati. Semuanya sudah datur, ditentukan di bawah meja. Maka semua yang terlibat dalam persekongkolan tersebut, sudah membuat beberapa kesepakatan, termasuk mengatur menit permenit permainan, sudah bakanti satu dengan lainnya.

Ungkapan ini awalnya untuk menggambarkan persekongkolan kecil, sekedar memuluskna tujuan. Masin-masing orang memainkan perannya, sebagamana skenario yang sudah disusun. Agat tujuan tercapai dengan mudah. 

Kemudian bakanti, juga dipakai untuk memainkan praktik-praktik besar seperti Pemilu atau Pilkada. Mengatur, memuluskan tujuan pemenangan. Misalnya, dari pada calon tunggal, hanya melawan kotak kosong dan malu kalau kalah. Lebih baik melawan “boneka”, calon pura-pura yang pasti kalah. Semua yang terlibat, mulai dari calon, partai pengusung, tim pemenangan, penyelenggara, semua bakanti, menyusun skenario, berpura-pura bertarung, nyatanya praktik persekongkolan menipu pemilih.

Memang tidak selalu untuk tujuan jahat. Agar tujuan baik cepat tercapai, bisa saja para pihak bakanti, memuluskan capai tujuan baik. Misal, ada orang yang kurang disukai, karena arogan, sangat bernafsu menjadi pimpinan, untuk tujuan pribadi dan kelompoknya. Agar tidak terpilih, maka orang-orang baik bakanti tidak memilik yang bersangkutan. Akhirnya, memang tidak akan terpilih.

Persekongkolan untuk tujuan jahat, harus dilawan oleh persekongkolan dengan tujuan baik. Caranya, mengorganisir semua tujuan baik, dengan cara yang baik, oleh orang-orang baik yang siap bakanti. (nm)

Jumat, 11 September 2020

DHUAFA TETSENYUM ABIE AUDAH

Jl. Sultan Adam RT 14 RW 002 Ruko kav 03 (7Depan Komp Kadar Permai 1, Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70122

Senin, 07 September 2020

DARAH BANJAR

Darah Pemimpin Banjar

Mu'allim Abdul Qadir, Syekh Ahmad, Tuan Guru H. M. Ramli (H. Walad) dan KH. Ahmad Makkie

Mu'allim Abdul Qadir

Mu'allim Abdul Qadir atau Tuan Guru H. Abdul Qadir lahir di Sungai Banar, Amuntai, sekitar tahun 1830 dan terkenal sebagai ulama besar yang sangat luas pengetahuannya terutama tentang ilmu agama, dihormati dan disegani masyarakatnya. Pengajian-pengajian dan dakwahnya tidak hanya di Kalimantan Selatan saja, tapi sampai menyebrang ke Kalimantan Timur. 

Setelah sekian lama melaksanakan pengajian dan dakwah, kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan Kalimantan Timur terhadap ulama-ulama seperti dirinya jauh lebih besar, maka dia berangkat dan aktif berdakwah di sana. Masyarakat serta raja-raja di sana waktu itu sangat menyukainya dan aktif mengikutinya sampai akhirnya Raja Pasir beserta rakyatnya masuk agama Islam. Dia diberi rumah di Selorong dan kemudian menetap di sana sampai akhir hayat. Sedangkan pengajian di Sungai Banar dilanjutkan oleh putera beliau sendiri yang bernama Syekh Ahmad atau Mu'allim Ahmad atau Tuan Guru H. Ahmad.

Syekh Ahmad

Syekh Ahmad atau Mu'allim Ahmad putera Mu'allim Abdul Qadir diberangkatkan ke Makkah untuk menuntut Ilmu. Di Makkah beliau tinggal di Kampung Syamiah dekat Masjidil Haram. Beliau sempat mengajar beberapa murid orang Banjar antara lain Mu'allim Muhammad Imran, Mu'allim Janawi, Mu'allim Ahmad Hasan (Amuntai), Tuan Guru H. Bijuri (Tanjung), Tuan Guru H. Jamaluddin (Nagara), Tuan Guru H.M. Nawawi dan Tuan H. Mukeri (Birayang).

Beliau kawin di Makkah dengan wanita asal Turki dan memperoleh anak laki-laki yang diberi Muhammad Ramli yang sehari-harinya dipanggil Walad yang berarti anak kesayangan. Tahun 1936. Beliau kembali ke Indonesia melalui India dan sempat tinggal di Malaysia. Sesampai di Indonesia, kemudian beliau kawin dan sempat tinggal di Tanjung Batu (Kotabaru), Kalimantan Selatan dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Basnah. Lalu ke Tanah Grogot, Kalimantan Timur, beliau kawin lagi dengan Hj. Maimunah, dan kembali ke Amuntai, menetap di Sungai Banar. Perkawinan beliau dengan Hj. Maimunah memperoleh 7 orang anak yang bernama Hj. Rahmah, Hj. Sa'diyah, Hj. Rukaiyah, Hj. Zubaidah, Hj. Fatimah, Muhammad Sibeli dan Aliah. 

Di sana beliau mendirikan Balai atau Langgar Baloteng (Langgar Tingkat Dua). Di bagian atas digunakan untuk sembahyang dan tempat belajar sedangkan bagian bawah dijadikan asrama. Banyak para murid beliau yang belajar di sana, salah dua di antaranya adalah Tuan Guru H. Abdurrasyid (Mu'allim Wahid atau Muassis Rakha, Amuntai) dan Tambi Sinar (orang Dayak Kapuas, Ayah H. Syafriansyah PPP). Beliau juga bergelar Tuan Guru Jukung Putih karena saat pergi mengajar atau ke masjid beliau menggunakan perahu kecil (jukung) berwarna putih. Balai yang dibangun pada tahun 1940 di Sungai Banar sampai kini masih berfungsi sebagai Langgar, sedangkan kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan Madrasal Nurul Hidayah tidak jauh dari Balai.

Tuan Guru H. Muhammad Ramli (H. Walad)

Guru H. Walad atau Tuan Guru H. Muhammad Ramli. Beliau dilahirkan sekitar tahun 1901, di kampung Syamiah Makkah, dari pasangan Mu'allim Ahmad Sungai Banar, Amuntai dengan wanita keturunan Turki. Di Makkah beliau di samping berhaji dan menuntut ilmu, sempat pula sambil jadi sopir. Pada suatu hari beliau mendapat penumpang yang dipanggil dengan Walad oleh sang ayah. Mereka singgah di suatu tempat yang kemudian diketahui
sebagai makam sembilan orang syuhada. Di sanalah dia mendapat petunjuk untuk mengaji dan berhenti menjadi sopir.Di Makkah dia sempat menikah dengan seorang perempuan 
Arab yang kemudian melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Chadijah.Sekitar tahun 1936, H. Walad kawin dengan seorang janda di Birayang yang kemudian melahirkan tujuh bersaudara, semuanya laki-laki, yaitu Ahmad Makkie, Ahmad Madani, Ahmad Hijazi, 
Ahmad Yamani, Ahmad Kan’ani, Ahmad Masri (meninggal sewaktu bayi) dan Ahmad Bugdadi. 

Pada tahun 1946 H. M. Ramli alias H. Walad ikut berjuang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Beliau berpangkat Letnan Satu dengan jabatan Kepala Departemen Kehakiman di Markas Besar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Pada tahun 1950 dia berhenti jadi tentara dan kembali mengajar agama dari kampung ke kampung. Pada tahun 1966 dia berangkat ke Makkah dan berhasil 
berjumpa dengan anaknya Chadijah, yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Maram, kini sebagai guru di Madinah. Suami Chadijah yang berkebangsaan Sudan bernama Ihsan Radadi bekerja di perusahaan penerbangan Saudia. H. Walad ayah dari H. Ahmad Makkie ini, sempat 
dipertemukan oleh anaknya Chadijah dengan mantan isterinya (ibu Chadijah) tapi hanya berbicara di balik tabir. Beliau meninggal dunia di Surabaya dalam perjalanan kembali ke tanah suci dalam usia 80 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di samping makam ayah beliau H. Ahmad di Sungai Banar, Amuntai Selatan. 
Sebelum meninggal ia sempat menulis risalah sifat dua puluh “Aqidatul Iman”. Risalah itu ia sebarkan melalui aktifitas dakwah yang dilakoninya sampai akhir hayatnya.

KH. Ahmad Makkie BA

KH. Ahmad Makkie, BA, bin Tuan Guru H. Muhammad Ramli (Guru H. Walad) bin Syekh Ahmad bin Mu'allim Abdul Qadir . Beliau lahir di Lok Besar, 21 April 1938 – meninggal di Banjarmasin, 27 Januari 2016 pada umur 77 tahun adalah tokoh Kalimantan Selatan. Beliau pernah menjabat sebagai bupati Tapin selama dua periode, yakni tahun 1983–1988 dan 1988–1993. Pendidikan terakhir Sarjana Muda IAIN Antasari tahun 1968. Ia juga pernah menjadi anggota DPD RI periode 2004-2009 dan ketua MUI Kalsel.

Dalam kegiatan berkesenian, ia menekuni seni drama (teater) dan seni baca Al-Qur'an. Pada tahun 1960-an ia dikenal sebagai Qari Terbaik mewakili Kalimantan Selatan pada Konferensi Islam Asia Afrika. Diawali pada Pekan Kesenian di Amuntai tahun 1971, Ahmad Makkie mulai aktif dalam Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan. Namun setelah ia terpilih menjadi Ketua KNPI Kalimantan Selatan pada tahun 1979, perhatiannya lebih tercurah pada bidang kepemudaan dan politik sampai ia terpilih dan diangkat jadi Bupati Tapin pada tahun 1983. Selama 10 tahun bertugas di Kabupaten Tapin, H. Ahmad Makkie terpanggil untuk menggali serta mengembangkan karya-karya seni tradisional seperti Musik Panting dan lagu-lagu daerah. Untuk itu pada tahun 1987 ia mendapat Penghargaan dari Gubernur Kalimantan Selatan sebagai Pembina Seni, atas usul DKD Kalimantan Selatan. Lagu Hari Jadi Kabupaten Tapin yang berjudul Bastari dan lagu Delapan Sukses yang dimainkan dengan Musik Panting adalah merupakan ciptaan H. Ahmad Makkie yang sampai sekarang masih dikumandangkan pada setiap Peringatan Hari Jadi Kabupaten Tapin.

Dalam Musyawarah Seniman III tahun 1998 ia terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan untuk kedua kalinya. Di samping itu ia masih menyandang setumpuk tugas di berbagai organisasi kemasyarakatan, diantaranya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an, BAZIS, GUPPI, Badan Kerjasama Pondok Pesantren, Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan juga Lembaga Budaya Banjar. Di bidang pendidikan ia aktif di berbagai yayasan, antara lain Yayasan Pondok Pesantren RAKHA Amuntai, Yayasan Mu'awanah Rantau, Yayasan Pondok Pesantren Bustanul Ma'mur, yayasan ORBID ICMI, Yayasan Khadimul Ummah, disamping sebagai Anggota Dewan Penyantun di IAIN dan UNISKA (Universitas Islam Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Albanjari). Di pemerintahan daerah, ia pernah menjabat Kepala Biro Humas Pemda Tingkat I Kalsel.

Terlihat di sini darah pemimpin, orang besar dan tokoh terus mengalir dari Mu'allim Abdul Qadir, terus ke Syekh Ahmad, lalu ke Tuan Guru H. Muhammad Ramli (Guru H. Walad), kemudian ke KH. Ahmad Makkie dan berikutnya kemungkinan kepada anak-anak beliau salah satunya H. Abdul Haries Makkie ketua PWNU Kalimantan Selatan.

Sabtu, 05 September 2020

HIKMAH MENYANTUNI JANDA TUA MISKIN

Pernikahan merupakan salah satu tujuan dan sunnah rasul sebagai upaya untuk menyempurnakan ibadah dan menjalankan fungsi agama . Sepasang mempelai akan mengucapkan janji sehidup semati yang disaksikan oleh kerabat, sanak saudara dan keluarga. Namun, seiring perjalanan berumah tanggal tidak semulus yang dibayangkan, kadang ada ujian dan cobaan yang harus dihadapi. Besarnya masalah yang timbul kadang membuat keduanya memutuskan untuk berpisah dan memitus tali pernikahan, pada dasarnya perceraian bukan sesuatu yang di larang, namun amat di benci oleh Allah SWT.

Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah cerai.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud (2178), Baihaqi, dan Ibnu adi, dari jalan Mu’arrof bin Washil, dari Muharib bin Ditsar, dari Ibnu Umar secara marfu’.

Saat keduanya memutuskan untik berpisah maka status keduanyapun akan berubah. Jika laki-laki ia akan disebut duda dan jika perempuan ia akan disebut janda. Kedua penyebutan ini hanya merupakan sebuat status belaka. Dibelakangnya tentu juga masih terdapat hak dan kewajiban yang melekat di belakangnya sebagaimana tujuan penciptaan manusia , hakikat manusia menurut islam , proses penciptaan manusia , dan konsep manusia dalam islam  .

Islam sendiri memberikan perhatian khusus kepada seorang wanita yang menyandang status janda. Dalam Islam para janda dihormati dan termasuk yang layak mendapat bantuan. Tanggung jawab nafkah dikembalikan kepada orang tua mereka setelah suaminya menceraikannya atau meninggal dunia. Bentuk perhatian islam kepada para janda antara lain dapat dilihat dari 13 Keutamaan Menyantuni Janda menurut islam sebagaimana keutamaan malam jum’at dalam islam .

1. Mendapatkan Pahala yang Berlimpah

Keutamaan menyantuni janda yang pertama ialah sama dengan keutamaan ketika kita bersedekah. Yang pertama adalah pasti akan mendapatkan pahala yanh berlimpah. Sebab menyantuni janda merupakan sebuah bentuk amalan kebaikan yang bisa anda lakukan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

2. Seperti Seorang Mujahid

Keutamaan menyantuni janda yang selanjutnya adalah disamakan pahalanya sebagaimana seorang mujahid. Sebagaimana sabda Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bahwa

“ Orang yang berusaha menyantuni janda dan orang miskin adalah seperti mujahid di jalan Allaah “( HR. Bukhari dan Muslim).

3. Seperti Seorang yang Berpuasa di Siang Hari

Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, bahwa seorang muslim yanh menyantuni janda akan disamakan pahalanya dengan seseorang yang berpuasa di siang hari. Sebagaimana dalam hadist berikut :

“ Orang yang berusaha menyantuni janda dan orang miskin adalah seperti mujahid di jalan Allaah dan juga seperti orang yang shalat malam dan berpuasa siang.” ( HR. Ibnu Majah).

4. Layaknya Orang yang Menjalankan Shalat di Malam Hari

Keutamaan menyantuni janda yang selanjutnya adalah akan mendapatkam pahala sebagaimana orang yang menjalankan sholat malam. Tentu saja pahala ini menjadi salah satu sumber pahala bagi anda. Sebab melaksanakan sholat malam bukanlah perkara yang mudah dan dapat dilakukan oleh banyak orang. Hanya orang-orang mukmin yang sholeh yang selalu meliangkan waktu untuk melaksanakan sholat malam.

5. Mendapatkan Syurga

Setiap amalan dan perbuatan baik pasti akan di balas oleh allah SWT. Sehingga bagi mereka yang menyantuni janda maka akan bisa masuk ke dalam syurga allah. Sebagaimana hadiat berikut ini :

” Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari Muslim)

6. Meringankan Beban Janda yang Di Bantu

Dengan memberikam santunan lepada janda tentu akan dapat meringankan beban ekonominya. Sebagaimana kita tahu bahwa bagi seorang janda ia harus dapat memenuhi kehidupan ekonominya sendiri. Tentu dengan adanya bantuan atau santunan ini akan sangat besar manfaatnya. Tidak hanya bagi janda tapi juga bagi anak dan keluarganya.

7. Bagian dari Sedekah

Sabda Nabi Muhammad SAW :

“Sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga sebesar gunung Uhud” (HR. Tirmidzi)

8. Pahalanya Sama dengan Berjihad di Jalan Allah

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَوْ كَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ

Orang yang membantu para janda dan orang miskin adalah seperti orang yang  berjihad di jalan Allah atau seperti orang yang selalu mengerjakan shaum di siang hari dan shalat di malam hari.” (Muttafaq ‘Alaih)

9. Meleburkan Dosa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)

10. Memanfaat Harta Yang Dimiliki untuk Hal yang Bermanfaat

Keutamaan menyantuni janda yang selanjutnya adalah sebagai bentu memanfaatkan harta yang dimiliki. Sebab banyak sekali yang memiliki kelebihan harta namun enggan berbagi kepada sesama terutama kepada para janda yang pastinya lebih membutuhkan. Dengan ini, maka tentu akan dapat meningkatkam kesadaran umat untuk lebih memperhatikan nasib para janda.

11. Menyempurnakan Iman

Dari sahabat Rasulullah Al Harits bin Ashim Al Asy’ari, Rasulullah SAW bersabda :

““Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan Alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallah walhamdulillah akan memenuhi ruangan langit dan bumi, shalat adalah cahaya, dan shodaqoh (sedekah) itu merupakan bukti.” (HR. Muslim)

12. Menjadikan Pribadi yang Senang Berbagi

Sabda Nabi Muhammad SAW :

“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari)

13. Menambah Rezeki

Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim)

Itulah tadi, 13 Keutamaan Menyantuni Janda menurut islam. Semoga dapat menjadi tambahan pengetahuan dan upaya meningkatkan keimanan anda serta cara sukses menurut islam dan sukses dunia akhirat menurut islam