Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid
BAKANTI
Janjian, bersekongkol, bersepakat, bermufakat, dan lain-lain yang menggambarkan kerjasama diam-diam, tidak terbuka, untuk tujuan tertentu yang menguntungkan para pihak yang terlibat dalam kesepakatan tersebut. Begitulah kira-kira yang dimaksud bakanti.
Kanti artinya kawan, teman. Bisa pula orang yang menemani, penggiring. Bakanti, berarti berkawan. Makna dalam bahasa banjar, bukan sekedar berkawan, tapi bersekongkol. Ada isyarat-isyarat yang disepakati dalam persekongkolan tersebut, hanya yang terlibat yang tahu dan paham, hingga maksud dan tujuan persekongkolan tercapai.
Pernahkah mendengar skandal persekongkolan sepak bola? Beberapa tim bersekongkol bersama wasit dan panitia. Tim yang terlibat persekongkolan lalu main sabun. Pura-pura main sepak bola, padahal main judi. Skornya sudah ditentukan. Siapa yang menang dan siapa yang kalah sudah diatur. Berapa menangnya dan berapa selisih goalnya bahkan sudah disepakati. Semuanya sudah datur, ditentukan di bawah meja. Maka semua yang terlibat dalam persekongkolan tersebut, sudah membuat beberapa kesepakatan, termasuk mengatur menit permenit permainan, sudah bakanti satu dengan lainnya.
Ungkapan ini awalnya untuk menggambarkan persekongkolan kecil, sekedar memuluskna tujuan. Masin-masing orang memainkan perannya, sebagamana skenario yang sudah disusun. Agat tujuan tercapai dengan mudah.
Kemudian bakanti, juga dipakai untuk memainkan praktik-praktik besar seperti Pemilu atau Pilkada. Mengatur, memuluskan tujuan pemenangan. Misalnya, dari pada calon tunggal, hanya melawan kotak kosong dan malu kalau kalah. Lebih baik melawan “boneka”, calon pura-pura yang pasti kalah. Semua yang terlibat, mulai dari calon, partai pengusung, tim pemenangan, penyelenggara, semua bakanti, menyusun skenario, berpura-pura bertarung, nyatanya praktik persekongkolan menipu pemilih.
Memang tidak selalu untuk tujuan jahat. Agar tujuan baik cepat tercapai, bisa saja para pihak bakanti, memuluskan capai tujuan baik. Misal, ada orang yang kurang disukai, karena arogan, sangat bernafsu menjadi pimpinan, untuk tujuan pribadi dan kelompoknya. Agar tidak terpilih, maka orang-orang baik bakanti tidak memilik yang bersangkutan. Akhirnya, memang tidak akan terpilih.
Persekongkolan untuk tujuan jahat, harus dilawan oleh persekongkolan dengan tujuan baik. Caranya, mengorganisir semua tujuan baik, dengan cara yang baik, oleh orang-orang baik yang siap bakanti. (nm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar