Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid
KADA KAYA GADANG PISANG
setiap aksi, selalu ada reaksi
Tidak seperti batang atau gedebong pisang, yang tidak bergerak, tidak bisa berbuat melakukan apapun. Walau dipukuli, diam saja tidak melawan. Pasrah menerima perlakuan atau diperlakukan. Manusia bukan batang pisang. Dia bergerak, bersikap, bereaksi bila ada tindakan yang tidak wajar, apalagi menyakitkan.
Dulu anak-anak remaja, di kampung banjar, ramai ikut latihan silat, kuntau hingga patikaman, yaitu inti gerakan ilmu silat mematikan. Seni bela diri menjadi permainan di kampung. Inilah olahraga paling murah. Untuk melatih memukul dan tendangan, dibuatlah samsak dari karung yang diisi pasir, digantung pada batang pohon. Namun ada juga yang usil, menjadikan batang pisang sebagai samsak. Batangnya yang lembek, tidak sakit ditendang walau sampai tumbang. Batang pisang dipukul, ditendang sekuatnya, tidak akan melawan. Fenomena ini dipinjam, dijadikan ungkapan.
Kada kaya gadang pisang, artinya tidak seperti batang pisang, yang dipukul tidak melawan sama sekali. Pesannya, manusia tidak akan berdiam diri saat diperlakukan tidak wajar. Harkat – martabatnya akan berontak. Pasti akan bersikap, bertindak, saat ada perlakuan menyakitkan.
Apalagi atas perlakuan fisik, kekerasan. Siapapun tidak boleh melakukan kekerasan, baik fisik maupun verbal dan tindakan non fisik lainnya. Undang-undang anti kekerasan sudah melindungi, tidak boleh ada tindak kekerasan. Bahwa kekerasan merupakan perbuatan tidak beradab, melanggar kesusilaan, merendahkan martabat manusia.
Ungkapan ini mengingatkan, hati-hati memperlakukan manusia. Selain ada konsekuensi hukum, pasti ada reaksi bila pelakuan fisik dianggap berlebihan. Kepada siapapun, orang lain atau pun sanak kerabat, sekalipun terkait hubungan darah atau perkawinan, tidak dibenarkan ada kekerasan. Manusia dituntut berkasih sayang, bukan saling merendahkan.
Melawan, adalah bentuk reaksi atas aksi. Jangan heran bila banyak aksi kekerasan dibalas juga dengan bentuk kekerasan lain. Menggambarkan manusia memang tidak mau diperlakukan seperti batang pisang. Nalurinya bereaksi melawan. Kalau pun saat itu tidak berani, pasti menyimpan dendam. Kala dendam sudah membara, akan meledak menuntut balas. Ingat selalu, manusia itu kada kaya gadang pisang. (nm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar