Selasa, 06 Oktober 2020

Makan Gratis

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

ADA NANG DITIMPASAKAN

tidak ada makan siang gratis

Jangan dikira setiap bantuan yang diberikan seseorang, selalu bersumber dari dirinya. Bisa jadi ada orang lain, atau pihak lain. Atau ada sumber cadangan yang dialokasikan untuk membantu. Kemampuan mencari cadangan lain, membuatnya mudah dan royal dalam aksi bantu membantu, menggambarkan ada nang ditimpasakan – ada yang membackup sumber dana.

Secara harfiah artinya ada yang bisa ditebaskan. Seperti gerakan pendekar silat menggunakan golok atau parang, menyerang lawannya. Ditimpasakan, berarti ditebaskan, agar musuh kalah terkapar.

Ditimpasakan, bermakna diselesaikan. Persoalan berupa problem keuangan dapat tuntaskan. Walaupun parang yang digunakan, milik orang lain. Yang penting masalahnya selesai. Parang, artinya sumber daya - dana, potensi. Memanfaatkan sumber daya di luar dirinya, untuk mengatasi masalah yang diminta diselesaikan.

Penerima bantuan tidak perlu repot mencari tahu dari mana sumbernya. Yang penting tujuan terpenuhi. Permintaan dikabulkan. Entah sumbernya dari langit, dari dasar bumi atau dari alam ghaib sekalipun, tidak perlu tahu. Problem sudah diatasi, walau boleh jadi hanya berpindah dari penerima kepada pemberi, berpindah lagi kepada pihak yang kena timpasan. 

Tergambar betapa ahlinya memanfaatkan potensi, atau mencari peluang alternatif untuk menjawab berbagai masalah yang diajukan. Hanya bisa dilakukan oleh yang punya alternatif sumber daya dan dana. Semakin ragam alternatifnya, semakin leluasa. Atau yang memiliki jaringan luas dan dipercaya, sehingga dapat memanfaatkannya, untuk menjawab yang diharapkan. Pendek kata, punya kemampuan mengolah potensi, untuk dimanfaatkan secara lebih luas.

Menjadi problem, bila yang kena timpasan merupakan pihak yang “terpaksa”, misalnya sedang terkena peras karena adanya kasus atau hubungan kerjasama. Seorang pejabat, untuk memenuhi gaya hidupnya yang super boros, memerlukan dana tidak sedikit. Agar terpenuhi, dimanfaatkanlah rekanan proyek, menjadi ATM atau kasir berjalan, dimintai uang kapan saja. Begitu juga dengan aparat penegak hukum, menjadikan oknum bermasalah hukum sebagai sapi perahan, untuk  membiayai gaya hidupnya. Sepertinya sangat royal, boros, uang tidak berseri. Padahal ada tumbal yang menjadi korban. Ada nang ditimpasakan. (nm)

Tidak ada komentar: