Minggu, 20 September 2020

pribahasa Banjar

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

DASAR AJALNYA

semuanya mungkin saja berubah bila ada keinginan

Sudah seperti itu keadaannya, aslinya, bawaan dasarnya, tidak bisa diubah lagi. Bisanya hanya dipahami, dimengerti, agar tidak terjadi masalah atau pun persoalan. Karakter, sifat, bila sudah mendarah daging, dianggap mendasar, sulit diubah. Karena sulit diubah, disebut dasar ajalnya.
 
Ajal, adalah akhir dari umur. ketentuanNya tidak dapat diubah. Setiap yang hidup pasti mati, satu kepastian yang tidak dapat ditolak. Siapapun, betapapun kayanya seseorang, atau setinggi apapun jabatannya, tidak dapat melawan ajal, takdir kematian. Pada waktu yang sudah ditentukan, ajal menjemput setiap orang tanpa mampu dihindari atau ditolaknya. Bahkan menunda sedetik pun tidak akan mampu.

Ajal yang tidak dapat diubah lagi tersebut, dipinjam untuk mengiaskan sifat seseorang yang tidak mau berubah. Padahal sifat, karakter, sangat mungkin diubah, bila yang bersangkutan mengubahnya. Kalau memiliki sifat bawaan pelit, bisa saja dilatih untuk dermawan, solider dan pandai berbagai. Semuanya mudah dilakukan, asal ada kemauan. Begitu pula sifat lainnya, seperti pemalas, dan lain sebagainya.

Ungkapan ini menyindir yang tidak mau mengubah sifat buruknya. Walau sudah dinasehati, diberkan petunjuk dan arahan, tetap saja tidak berubah. Akhirnya dengan segala kekesalan, keluarlah ungkapan dasar ajalnya. 

Bahwa hanya ajal yang tidak bisa diubah, sifat dan karakter, bagaimana pun kerasnya,  sangat mungkin berubah. Ketika tidak mau mengubah yang bisa diubah, maka sama dengan ajal. Hanya berubah bila ajal menjemputnya. 

Satu sindiran yang sangat pedas, manakala sifat dan karakter disejajarkan dengan ajal. Mestinya lentur, adaptif terhadap situasi dan kondisi. Tidak keras seperti batu. Pengetahuan, pengalaman dan ilmu yang dimiliki, membentuk sifat yang keras menjadi lemah lembut, arif dalam bertindak, bersikap. 

Semakin tinggi ilmu, semakin berpengetahuan, lajimnya arif dan bijaksanakan segala tindakan.  Bila tidak ada perubahan, berarti ilmu tidak memberi pengaruh pada diri, pada sikap dan tindakan. Ilmu tereduksi hanya menjadi informasi. Sekedar tahu, tidak menjadi amalan. Manakala tidak ada perubahan, jangan salahklan bila dikritik dengan ungkapan, dasar ajalnya. (nm)

Sabtu, 19 September 2020

MANYALANG GAWIAN oleh Noorhalis Majid

 Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

MANYALANG GAWIAN

memanfaatkan waktu, cerdas bermanfaat
Menyisipkan waktu, sesuatu, kesempatan, dari pekerjaan yang sedang dilakukan. Mengambil celah waktu bekerja, untuk mengerjakan yang lain. Sebabnya karena ada hal mendesak diselesaikan, sementara waktu dan perhatian sudah dikapling mengerjarkan satu tugas tertentu.  Tidak ada pilihan, kecuali mengambil kesempatan celah waktu untuk mengerjakannya. Begitulah gambaran manyalang gawian.

Dari kata salang, menjadi manyalang, artinya simpang, menyimpang. Gawian, yaitu kerjaan. Manyalang gawian, menyimpangkan waktu untuk mengerjakan yang lain. Atau menyimpangkan gawian untuk mengerjakan gawian yang lain.

Tidak mudah mampu menyimpangkan waktu, atau mengambil celah waktu mengerjakan pekerjaan lain dari yang sedang dikerjakan. Apalagi bila pekerjaan pokok tersebut juga diberi target waktu penyelesaian. Sehingga sangat sulit waktunya disisihkan untuk yang lain. Namun kenyataannya bisa dilakukan. Buktinya, ada ungkapan yang menggambarkan hal tersebut dapat dilakukan.

Sedang memperbaiki kendaraan karena bekerja sebagai montir di sebuah bengkel. Tiba-tiba, saat masih proses memperbaiki mesin, perlu waktu mengeringkan olie agar benar-benar kering pada mesin. Celah waktu tersebut dimanfaatkan memperbaiki pipa yang bocor di rumah. Tidak perlu banyak waktu, hanya sebentar, seperti lamanya waktu menunggu olie menetes hingga kering pada mesin.

Bisa pula saat bekerja menjahit pakaian, karena sebagai tukang jahit. Dicelah waktu hingga date line selesainya pesanan belum berakhir, sambil membuat kue untuk pesanan kue ulang tahun. Karena sangat piawai membagi waktu, kedua pekerjaan tersebut diselesaikan dalam waktu bersamaan. Tidak ada yang dirugikan, karena baju juga selesai pada waktu dijanjikan.

Seorang yang multitalenta, mampu mengerjakan dua atau tiga pekerjaan berbeda pada satu waktu. Bukan hanya mampu melakukan pekerjaan tersebut, tapi juga mampu mencari celah waktu, sehingga semuanya bisa diselesaikan pada waktu bersamaan dengan jenis pekerjaan berbeda. Kepandaian mencari celah waktu ini yang sangat luar biasa.

Ungkapan ini menggambarkan, bahwa orang banjar terbiasa multitalenta, atau memiliki banyak kemampuan. Mengerjakan yang beragam, dan mengatur waktu. Tidak ada yang  kosong, semuanya diisi menjadi sangat bermanfaat, sehingga memperoleh hasil. Pandai mengambil  celah waktu, manyalang gawian, agar padat bermanfaat. (nm)

TINGKAT DEWA SENI LUKISNYA


 

Kamis, 17 September 2020

PRIBAHASA BANJAR

Paribasa dan Ungkapan Banjar, Refleksi budaya oleh Noorhalis Majid

BAKANTI

Janjian, bersekongkol, bersepakat, bermufakat, dan lain-lain yang menggambarkan kerjasama diam-diam, tidak terbuka, untuk tujuan tertentu yang menguntungkan para pihak yang terlibat dalam kesepakatan tersebut. Begitulah kira-kira yang dimaksud bakanti.

Kanti artinya kawan, teman. Bisa pula orang yang menemani, penggiring. Bakanti, berarti berkawan. Makna dalam bahasa banjar, bukan sekedar berkawan, tapi bersekongkol. Ada isyarat-isyarat yang disepakati dalam persekongkolan tersebut, hanya yang terlibat yang tahu dan paham, hingga maksud dan tujuan persekongkolan tercapai.

Pernahkah mendengar skandal persekongkolan sepak bola? Beberapa tim bersekongkol bersama wasit dan panitia. Tim yang terlibat persekongkolan lalu main sabun. Pura-pura main sepak bola, padahal main judi. Skornya sudah ditentukan. Siapa yang menang dan siapa yang  kalah sudah diatur. Berapa menangnya dan berapa selisih goalnya bahkan sudah disepakati. Semuanya sudah datur, ditentukan di bawah meja. Maka semua yang terlibat dalam persekongkolan tersebut, sudah membuat beberapa kesepakatan, termasuk mengatur menit permenit permainan, sudah bakanti satu dengan lainnya.

Ungkapan ini awalnya untuk menggambarkan persekongkolan kecil, sekedar memuluskna tujuan. Masin-masing orang memainkan perannya, sebagamana skenario yang sudah disusun. Agat tujuan tercapai dengan mudah. 

Kemudian bakanti, juga dipakai untuk memainkan praktik-praktik besar seperti Pemilu atau Pilkada. Mengatur, memuluskan tujuan pemenangan. Misalnya, dari pada calon tunggal, hanya melawan kotak kosong dan malu kalau kalah. Lebih baik melawan “boneka”, calon pura-pura yang pasti kalah. Semua yang terlibat, mulai dari calon, partai pengusung, tim pemenangan, penyelenggara, semua bakanti, menyusun skenario, berpura-pura bertarung, nyatanya praktik persekongkolan menipu pemilih.

Memang tidak selalu untuk tujuan jahat. Agar tujuan baik cepat tercapai, bisa saja para pihak bakanti, memuluskan capai tujuan baik. Misal, ada orang yang kurang disukai, karena arogan, sangat bernafsu menjadi pimpinan, untuk tujuan pribadi dan kelompoknya. Agar tidak terpilih, maka orang-orang baik bakanti tidak memilik yang bersangkutan. Akhirnya, memang tidak akan terpilih.

Persekongkolan untuk tujuan jahat, harus dilawan oleh persekongkolan dengan tujuan baik. Caranya, mengorganisir semua tujuan baik, dengan cara yang baik, oleh orang-orang baik yang siap bakanti. (nm)

Jumat, 11 September 2020

DHUAFA TETSENYUM ABIE AUDAH

Jl. Sultan Adam RT 14 RW 002 Ruko kav 03 (7Depan Komp Kadar Permai 1, Sungai Miai, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70122

Senin, 07 September 2020

DARAH BANJAR

Darah Pemimpin Banjar

Mu'allim Abdul Qadir, Syekh Ahmad, Tuan Guru H. M. Ramli (H. Walad) dan KH. Ahmad Makkie

Mu'allim Abdul Qadir

Mu'allim Abdul Qadir atau Tuan Guru H. Abdul Qadir lahir di Sungai Banar, Amuntai, sekitar tahun 1830 dan terkenal sebagai ulama besar yang sangat luas pengetahuannya terutama tentang ilmu agama, dihormati dan disegani masyarakatnya. Pengajian-pengajian dan dakwahnya tidak hanya di Kalimantan Selatan saja, tapi sampai menyebrang ke Kalimantan Timur. 

Setelah sekian lama melaksanakan pengajian dan dakwah, kenyataan menunjukkan bahwa kebutuhan Kalimantan Timur terhadap ulama-ulama seperti dirinya jauh lebih besar, maka dia berangkat dan aktif berdakwah di sana. Masyarakat serta raja-raja di sana waktu itu sangat menyukainya dan aktif mengikutinya sampai akhirnya Raja Pasir beserta rakyatnya masuk agama Islam. Dia diberi rumah di Selorong dan kemudian menetap di sana sampai akhir hayat. Sedangkan pengajian di Sungai Banar dilanjutkan oleh putera beliau sendiri yang bernama Syekh Ahmad atau Mu'allim Ahmad atau Tuan Guru H. Ahmad.

Syekh Ahmad

Syekh Ahmad atau Mu'allim Ahmad putera Mu'allim Abdul Qadir diberangkatkan ke Makkah untuk menuntut Ilmu. Di Makkah beliau tinggal di Kampung Syamiah dekat Masjidil Haram. Beliau sempat mengajar beberapa murid orang Banjar antara lain Mu'allim Muhammad Imran, Mu'allim Janawi, Mu'allim Ahmad Hasan (Amuntai), Tuan Guru H. Bijuri (Tanjung), Tuan Guru H. Jamaluddin (Nagara), Tuan Guru H.M. Nawawi dan Tuan H. Mukeri (Birayang).

Beliau kawin di Makkah dengan wanita asal Turki dan memperoleh anak laki-laki yang diberi Muhammad Ramli yang sehari-harinya dipanggil Walad yang berarti anak kesayangan. Tahun 1936. Beliau kembali ke Indonesia melalui India dan sempat tinggal di Malaysia. Sesampai di Indonesia, kemudian beliau kawin dan sempat tinggal di Tanjung Batu (Kotabaru), Kalimantan Selatan dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Basnah. Lalu ke Tanah Grogot, Kalimantan Timur, beliau kawin lagi dengan Hj. Maimunah, dan kembali ke Amuntai, menetap di Sungai Banar. Perkawinan beliau dengan Hj. Maimunah memperoleh 7 orang anak yang bernama Hj. Rahmah, Hj. Sa'diyah, Hj. Rukaiyah, Hj. Zubaidah, Hj. Fatimah, Muhammad Sibeli dan Aliah. 

Di sana beliau mendirikan Balai atau Langgar Baloteng (Langgar Tingkat Dua). Di bagian atas digunakan untuk sembahyang dan tempat belajar sedangkan bagian bawah dijadikan asrama. Banyak para murid beliau yang belajar di sana, salah dua di antaranya adalah Tuan Guru H. Abdurrasyid (Mu'allim Wahid atau Muassis Rakha, Amuntai) dan Tambi Sinar (orang Dayak Kapuas, Ayah H. Syafriansyah PPP). Beliau juga bergelar Tuan Guru Jukung Putih karena saat pergi mengajar atau ke masjid beliau menggunakan perahu kecil (jukung) berwarna putih. Balai yang dibangun pada tahun 1940 di Sungai Banar sampai kini masih berfungsi sebagai Langgar, sedangkan kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan Madrasal Nurul Hidayah tidak jauh dari Balai.

Tuan Guru H. Muhammad Ramli (H. Walad)

Guru H. Walad atau Tuan Guru H. Muhammad Ramli. Beliau dilahirkan sekitar tahun 1901, di kampung Syamiah Makkah, dari pasangan Mu'allim Ahmad Sungai Banar, Amuntai dengan wanita keturunan Turki. Di Makkah beliau di samping berhaji dan menuntut ilmu, sempat pula sambil jadi sopir. Pada suatu hari beliau mendapat penumpang yang dipanggil dengan Walad oleh sang ayah. Mereka singgah di suatu tempat yang kemudian diketahui
sebagai makam sembilan orang syuhada. Di sanalah dia mendapat petunjuk untuk mengaji dan berhenti menjadi sopir.Di Makkah dia sempat menikah dengan seorang perempuan 
Arab yang kemudian melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Chadijah.Sekitar tahun 1936, H. Walad kawin dengan seorang janda di Birayang yang kemudian melahirkan tujuh bersaudara, semuanya laki-laki, yaitu Ahmad Makkie, Ahmad Madani, Ahmad Hijazi, 
Ahmad Yamani, Ahmad Kan’ani, Ahmad Masri (meninggal sewaktu bayi) dan Ahmad Bugdadi. 

Pada tahun 1946 H. M. Ramli alias H. Walad ikut berjuang mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Beliau berpangkat Letnan Satu dengan jabatan Kepala Departemen Kehakiman di Markas Besar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Pada tahun 1950 dia berhenti jadi tentara dan kembali mengajar agama dari kampung ke kampung. Pada tahun 1966 dia berangkat ke Makkah dan berhasil 
berjumpa dengan anaknya Chadijah, yang telah bersuami dan mempunyai seorang anak perempuan yang bernama Maram, kini sebagai guru di Madinah. Suami Chadijah yang berkebangsaan Sudan bernama Ihsan Radadi bekerja di perusahaan penerbangan Saudia. H. Walad ayah dari H. Ahmad Makkie ini, sempat 
dipertemukan oleh anaknya Chadijah dengan mantan isterinya (ibu Chadijah) tapi hanya berbicara di balik tabir. Beliau meninggal dunia di Surabaya dalam perjalanan kembali ke tanah suci dalam usia 80 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di samping makam ayah beliau H. Ahmad di Sungai Banar, Amuntai Selatan. 
Sebelum meninggal ia sempat menulis risalah sifat dua puluh “Aqidatul Iman”. Risalah itu ia sebarkan melalui aktifitas dakwah yang dilakoninya sampai akhir hayatnya.

KH. Ahmad Makkie BA

KH. Ahmad Makkie, BA, bin Tuan Guru H. Muhammad Ramli (Guru H. Walad) bin Syekh Ahmad bin Mu'allim Abdul Qadir . Beliau lahir di Lok Besar, 21 April 1938 – meninggal di Banjarmasin, 27 Januari 2016 pada umur 77 tahun adalah tokoh Kalimantan Selatan. Beliau pernah menjabat sebagai bupati Tapin selama dua periode, yakni tahun 1983–1988 dan 1988–1993. Pendidikan terakhir Sarjana Muda IAIN Antasari tahun 1968. Ia juga pernah menjadi anggota DPD RI periode 2004-2009 dan ketua MUI Kalsel.

Dalam kegiatan berkesenian, ia menekuni seni drama (teater) dan seni baca Al-Qur'an. Pada tahun 1960-an ia dikenal sebagai Qari Terbaik mewakili Kalimantan Selatan pada Konferensi Islam Asia Afrika. Diawali pada Pekan Kesenian di Amuntai tahun 1971, Ahmad Makkie mulai aktif dalam Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan. Namun setelah ia terpilih menjadi Ketua KNPI Kalimantan Selatan pada tahun 1979, perhatiannya lebih tercurah pada bidang kepemudaan dan politik sampai ia terpilih dan diangkat jadi Bupati Tapin pada tahun 1983. Selama 10 tahun bertugas di Kabupaten Tapin, H. Ahmad Makkie terpanggil untuk menggali serta mengembangkan karya-karya seni tradisional seperti Musik Panting dan lagu-lagu daerah. Untuk itu pada tahun 1987 ia mendapat Penghargaan dari Gubernur Kalimantan Selatan sebagai Pembina Seni, atas usul DKD Kalimantan Selatan. Lagu Hari Jadi Kabupaten Tapin yang berjudul Bastari dan lagu Delapan Sukses yang dimainkan dengan Musik Panting adalah merupakan ciptaan H. Ahmad Makkie yang sampai sekarang masih dikumandangkan pada setiap Peringatan Hari Jadi Kabupaten Tapin.

Dalam Musyawarah Seniman III tahun 1998 ia terpilih kembali sebagai Ketua Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Selatan untuk kedua kalinya. Di samping itu ia masih menyandang setumpuk tugas di berbagai organisasi kemasyarakatan, diantaranya Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an, BAZIS, GUPPI, Badan Kerjasama Pondok Pesantren, Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, dan juga Lembaga Budaya Banjar. Di bidang pendidikan ia aktif di berbagai yayasan, antara lain Yayasan Pondok Pesantren RAKHA Amuntai, Yayasan Mu'awanah Rantau, Yayasan Pondok Pesantren Bustanul Ma'mur, yayasan ORBID ICMI, Yayasan Khadimul Ummah, disamping sebagai Anggota Dewan Penyantun di IAIN dan UNISKA (Universitas Islam Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Albanjari). Di pemerintahan daerah, ia pernah menjabat Kepala Biro Humas Pemda Tingkat I Kalsel.

Terlihat di sini darah pemimpin, orang besar dan tokoh terus mengalir dari Mu'allim Abdul Qadir, terus ke Syekh Ahmad, lalu ke Tuan Guru H. Muhammad Ramli (Guru H. Walad), kemudian ke KH. Ahmad Makkie dan berikutnya kemungkinan kepada anak-anak beliau salah satunya H. Abdul Haries Makkie ketua PWNU Kalimantan Selatan.

Sabtu, 05 September 2020

HIKMAH MENYANTUNI JANDA TUA MISKIN

Pernikahan merupakan salah satu tujuan dan sunnah rasul sebagai upaya untuk menyempurnakan ibadah dan menjalankan fungsi agama . Sepasang mempelai akan mengucapkan janji sehidup semati yang disaksikan oleh kerabat, sanak saudara dan keluarga. Namun, seiring perjalanan berumah tanggal tidak semulus yang dibayangkan, kadang ada ujian dan cobaan yang harus dihadapi. Besarnya masalah yang timbul kadang membuat keduanya memutuskan untuk berpisah dan memitus tali pernikahan, pada dasarnya perceraian bukan sesuatu yang di larang, namun amat di benci oleh Allah SWT.

Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah cerai.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud (2178), Baihaqi, dan Ibnu adi, dari jalan Mu’arrof bin Washil, dari Muharib bin Ditsar, dari Ibnu Umar secara marfu’.

Saat keduanya memutuskan untik berpisah maka status keduanyapun akan berubah. Jika laki-laki ia akan disebut duda dan jika perempuan ia akan disebut janda. Kedua penyebutan ini hanya merupakan sebuat status belaka. Dibelakangnya tentu juga masih terdapat hak dan kewajiban yang melekat di belakangnya sebagaimana tujuan penciptaan manusia , hakikat manusia menurut islam , proses penciptaan manusia , dan konsep manusia dalam islam  .

Islam sendiri memberikan perhatian khusus kepada seorang wanita yang menyandang status janda. Dalam Islam para janda dihormati dan termasuk yang layak mendapat bantuan. Tanggung jawab nafkah dikembalikan kepada orang tua mereka setelah suaminya menceraikannya atau meninggal dunia. Bentuk perhatian islam kepada para janda antara lain dapat dilihat dari 13 Keutamaan Menyantuni Janda menurut islam sebagaimana keutamaan malam jum’at dalam islam .

1. Mendapatkan Pahala yang Berlimpah

Keutamaan menyantuni janda yang pertama ialah sama dengan keutamaan ketika kita bersedekah. Yang pertama adalah pasti akan mendapatkan pahala yanh berlimpah. Sebab menyantuni janda merupakan sebuah bentuk amalan kebaikan yang bisa anda lakukan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid: 18)

2. Seperti Seorang Mujahid

Keutamaan menyantuni janda yang selanjutnya adalah disamakan pahalanya sebagaimana seorang mujahid. Sebagaimana sabda Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bahwa

“ Orang yang berusaha menyantuni janda dan orang miskin adalah seperti mujahid di jalan Allaah “( HR. Bukhari dan Muslim).

3. Seperti Seorang yang Berpuasa di Siang Hari

Rasulullaah shallallaahu alaihi wa salam bersabda, bahwa seorang muslim yanh menyantuni janda akan disamakan pahalanya dengan seseorang yang berpuasa di siang hari. Sebagaimana dalam hadist berikut :

“ Orang yang berusaha menyantuni janda dan orang miskin adalah seperti mujahid di jalan Allaah dan juga seperti orang yang shalat malam dan berpuasa siang.” ( HR. Ibnu Majah).

4. Layaknya Orang yang Menjalankan Shalat di Malam Hari

Keutamaan menyantuni janda yang selanjutnya adalah akan mendapatkam pahala sebagaimana orang yang menjalankan sholat malam. Tentu saja pahala ini menjadi salah satu sumber pahala bagi anda. Sebab melaksanakan sholat malam bukanlah perkara yang mudah dan dapat dilakukan oleh banyak orang. Hanya orang-orang mukmin yang sholeh yang selalu meliangkan waktu untuk melaksanakan sholat malam.

5. Mendapatkan Syurga

Setiap amalan dan perbuatan baik pasti akan di balas oleh allah SWT. Sehingga bagi mereka yang menyantuni janda maka akan bisa masuk ke dalam syurga allah. Sebagaimana hadiat berikut ini :

” Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR. Bukhari Muslim)

6. Meringankan Beban Janda yang Di Bantu

Dengan memberikam santunan lepada janda tentu akan dapat meringankan beban ekonominya. Sebagaimana kita tahu bahwa bagi seorang janda ia harus dapat memenuhi kehidupan ekonominya sendiri. Tentu dengan adanya bantuan atau santunan ini akan sangat besar manfaatnya. Tidak hanya bagi janda tapi juga bagi anak dan keluarganya.

7. Bagian dari Sedekah

Sabda Nabi Muhammad SAW :

“Sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kanan-Nya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kalian, sebagaimana kalian mengembangkan seekor anak kuda. Sampai-sampai sedekah yang hanya sebiji bisa berkembang hingga sebesar gunung Uhud” (HR. Tirmidzi)

8. Pahalanya Sama dengan Berjihad di Jalan Allah

Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَوْ كَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ

Orang yang membantu para janda dan orang miskin adalah seperti orang yang  berjihad di jalan Allah atau seperti orang yang selalu mengerjakan shaum di siang hari dan shalat di malam hari.” (Muttafaq ‘Alaih)

9. Meleburkan Dosa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)

10. Memanfaat Harta Yang Dimiliki untuk Hal yang Bermanfaat

Keutamaan menyantuni janda yang selanjutnya adalah sebagai bentu memanfaatkan harta yang dimiliki. Sebab banyak sekali yang memiliki kelebihan harta namun enggan berbagi kepada sesama terutama kepada para janda yang pastinya lebih membutuhkan. Dengan ini, maka tentu akan dapat meningkatkam kesadaran umat untuk lebih memperhatikan nasib para janda.

11. Menyempurnakan Iman

Dari sahabat Rasulullah Al Harits bin Ashim Al Asy’ari, Rasulullah SAW bersabda :

““Bersuci adalah separuh dari keimanan, ucapan Alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallah walhamdulillah akan memenuhi ruangan langit dan bumi, shalat adalah cahaya, dan shodaqoh (sedekah) itu merupakan bukti.” (HR. Muslim)

12. Menjadikan Pribadi yang Senang Berbagi

Sabda Nabi Muhammad SAW :

“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR. Bukhari)

13. Menambah Rezeki

Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim)

Itulah tadi, 13 Keutamaan Menyantuni Janda menurut islam. Semoga dapat menjadi tambahan pengetahuan dan upaya meningkatkan keimanan anda serta cara sukses menurut islam dan sukses dunia akhirat menurut islam