ZAKAT SALAH SASARAN
Oleh Rahim Audah
(Motivator Zakat 2FA Tersenyum Banjarmasin)
SELAMA ini masih ada orang yang sulit membedakan antara zakat, infak, dan sedekah. Akibatnya, ketika menyalurkannya sering tidak tepat sasaran. Misal, uang zakat digunakan untuk membukakan puasa. Padahal, di antara mereka yang mengikutinya, mungkin ada orang yang mampu.Oleh Rahim Audah
(Motivator Zakat 2FA Tersenyum Banjarmasin)
Untuk meluruskan kesalahpahaman itu, pengelola Masjid Arrahim Sultan Adam Banjarmasin bekerja sama dengan 2FA Tersenyum, Minggu (5/9/2010), menggelar seminar. Ratusan hadirin antusias menyimak materi yang disampaikan narasumber.
A Rahim Audah menjelaskan infak itu membelanjakan harta atau jiwa di jalan Allah. Sedangkan pengertian sedekah lebih luas lagi karena tidak mengenal waktu dan penerimanya. Adapun zakat, waktu dan jumlahnya sudah ditentukan.
"Zakat harus dilakukan setelah satu tahun dengan jumlah 94 gram emas. Minimal 2,5 persen dari harta itu wajib dikeluarkan," katanya.
Ia mencontohkan kalau sekarang harga emas Rp 355 ribu per gram dikalikan 94 gram, berarti mereka yang memperoleh keuntungan usaha Rp 33.370.000 selama setahun, wajib berzakat minimal 2,5 persen.
Kalau usaha itu dimulai Februari, maka di bulan yang sama pada tahun berikut harus mengeluarkan zakat. Jangan ditunda-tunda.
"Di masyarakat sering terjadi, karena dianggap afdol berzakat menunggu bulan Ramadan. Padahal, kita tidak pernah tahu umur kita bakal sampai. Karena itu, bersegeralah menunaikan zakat," imbuh Rahim.
Ada pula yang berzakat pada orangtua, padahal menyantuni ayah dan ibu itu memang kewajiban anak.
Menurutnya, zakat mal itu untuk membersihkan harta, sedangkan zakat fitrah buat membersihkan diri. Jadi, ia mengibaratkan zakat itu seperti daki yang keluar saat menggosok tubuh. Karenanya, kata Rahim, pantaskan itu diberikan pada orangtua?
"Jangan pernah membiasakan meminta dan menerima uang zakat. Kalau bisa, hindari keluarga kita dari itu," katanya seraya menegaskan yang berhak menerima zakat hanya mereka yang masuk kategori delapan asnab.
Selain mengulas masalah zakat, Rahim Audah juga menguraikan tentang energi sedekah. Menurutnya, orang yang dermawan itu memberi sebelum diminta.
Ia pun menuturkan kisah nyata orang-orang yang meski kurang mampu, tapi tetap rajin bersedekah. Akhirnya, mereka mendapat kelapangan hidup.
Ketua panitia, H Fauzi, mengatakan seminar ini diadakan untuk memberi pemahaman kepada kaum Muslim tentang pentingnya zakat, infak, dan sedekah. Sehingga, ketika mereka beribadah tidak sekedar sangkaan, tapi benar-benar mengacu pada Alquran dan sunah.
"Terbukti respon jamaah lumayan positif. Banyak pertanyaan riil yang mereka ajukan. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat beribadah lebih baik," tandasnya. (source: Tribun news)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar