Rabu, 20 Januari 2021

Membuang Kelilipan Mata



Paribasa dan ungkapan banjar, refleksi budaya oleh noorhalis majid

KAYA MAMBUANG KALIMPANAN

Masalah yang semula besar, membuat panik - gaduh, ternyata mudah sekali menyelesaikannya. Setelah selesai, seperti tidak pernah ada masalah, bahkan lupa pada semua kepanikan yang sudah terjadi, itulah yang dimaksud kaya mambuang kalimpanan.  

Seperti membuang kelilipan atau benda kecil yang masuk ke mata. Setelah kelilipan hilang, semua rasa sakit, panik dan khawatir lenyap seketika. Pengalaman kelilipan, dipakai menjadi ungkapan menggambarkan masalah yang seketika selesai dengan mudah. Tiba-tiba tuntas dan semua persoalan beres.

Puluhan masalah sedang melanda, utang jatuh tempo, anak belum bayar sekolah, keluarga masuk rumah sakit dan perlu biaya, di rumah sembako krisis, listrik pulsanya habis dan berbagai masalah ikutan lainnya. Setelah ada yang membantu dana, dan jumlahnya cukup menutupi seluruh kebutuhan yang menjadi masalah, seketika selesai masalah tersebut, seperti membuang kelilipan. Ternyata pokok persoalannya hanya soal ketiadaan dana.

Begitu juga masalah di masyarakat, ketika di suatu wilayah mengalami kelangkaan logistik, akses susah, harga barang tinggi, kriminalitas meningkat, kerawanan sosial terjadi. Saat pejabat datang dan mampu membaca persoalan, ternyata pokok masalahnya ada pada akses jalan yang rusak. Setelah kebijakan dibuat - jalan diperbaiki, persoalan seketika hilang, layaknya membuang kelilipan.

Ungkapan ini mengajarkan tentang perlunya kemampuan melihat pokok persoalan yang sedang dihadapi. Masalah pokoknya apa? Bukan menjawab masalah ikutan atau dampak. Mampu menggali dan mencari akar masalah. Bila akarnya diselesaikan, semua masalah ikutan atau dampak akan selesai dengan sendirinya. 

Sering yang diselesaikan justru dampaknya saja, sehingga tidak berkesudahan. Bahkan masalah dipelihara, agar penyelesaiannya menjadi proyek berkelanjutan yang menguntungkan.  Sebabnya karena tidak mampu membaca pokok masalah, atau pura-pura tidak tahu karena tidak berani masuk ke pokok masalah. Apalagi bila pokok masalah terkait pemangku kepentingan, seperti penguasa atau pengusaha yang tidak dapat dilawan, pastilah dihindari menyentuh pokok masalahnya. 

Kemampuan menemukan pokok masalah, lalu mampu mengambil keputusan untuk menyelesaikannya, membuat masalah yang paling rumit sekalipun akan mudah diselesaikan. Tidak perlu waktu  dan proses lama, langsung selesai kaya mambuang kalimpanan. (nm)

Tidak ada komentar: