Paribasa dan ungkapan banjar, refleksi budaya oleh noorhalis majid
BALARUT BANYU
Bekerja dengan santai, tidak ada target. Seadanya saja, secukupnya. Tidak ada yang dikejar. Ikut air mengalir. Kalau arusnya lambat, lambat pula mengerjakan, seperti itulah irama pekerjaan yang dilakukan, sekedarnya, demikian arti kata balarut banyu.
Ikut arus air, begitu arti harfianya. Melihat arus air mengalir di sungai, kadang lambat, kadang cepat. Saat lambat, akan sangat lama sampai di muara. Namun ada kalanya arusnya cepat, tidak terasa sampai di muara. Arus air sungai, dipinjam sebagai perumpamaan untuk melihat semangat dalam bekerja.
Tidak ada kemauan yang cukup kuat mengkondisikan diri dan lingkungan agar bekerja lebih giat. Padahal untuk dapat menjawab tantangan, harus bekerja lebih optimis, giat, bahkan lebih rajin dari orang lain. Tidak mungkin menjadi seorang yang kompetitif, bila yang dilakukan hanya sekedarnya. Sekedar mengikuti arus, tidak punya upaya membuatnya bergerak lebih laju.
Rajin, kata kunci kesuksesan. Hampir tidak ada yang sukses tanpa rajin. Para pemalas, akan digilas oleh orang-orang rajin. Karena itu ungkapan ini mengkritik sikap sekedarnya saja. Asal ada - sekedar menggugurkan kewajiban.
Kalau orang perorang, tentu tidak terlalu berdampak. Bayangkan bila yang balarut banyu tersebut adalah pemimpin – kepala daerah – kepala dinas – ketua lembaga. Maka sikapnya yang sekedarnya saja, akan sangat berdampak pada kemajuan Bersama, bahkan kemajuan daerah. Pemimpin jenis ini, menghabiskan waktu kerjanya hanya untuk menghadiri serimonial- belaka. Ikut apa yang sudah diagendakan, terprogram bagai robotik, tidak ada inovasi, semangat dan gairah kerja untuk maju dan membawa masyarakat serta daerahnya lebih unggul dari daerah lain.
Begitu juga bagi seorang kepala keluarga. Harus mampu menghitung berapa kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk kehidupan seluruh keluarganya. Bandingkan dengan pendapatan dan potensi sumber daya yang bisa diperoleh. Kalau lebih besar kebutuhan dari pada pendapatan, maka pastilah hidup tidak berkecukupan, selalu dililit masalah. Solusinya, harus ada upaya lebih giat, rajin, agar mampu memenuhi kebutuhan. Dengan demikian, bekerja harus lebih optimal, tidak mungkin sekedarnya saja, sekedar balarut banyu. (nm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar