*Kejamnya "Seorang Saudara" bagi Muslim Uighur*
Oleh: Ibnu Hilmi Al Banjary
Muslim Uighur menangis, menderita baik fisik dan batinnya, mereka dilarang melakukan berbagai aktivitas yang bernuansa Islam, seperti melakukan shalat, puasa, membaca Al Qur'an, bahkan dilarang untuk berjilbab. Tidak sampai di situ saja, muslim Uighur juga dilarang memberi nama anaknya dengan nama Islami, seperti Muhammad, Ahmad, Aminah, Aisyah dan nama lainnya yang berbau Islam. Wanita-wanita Uighur juga disuntik agar menjadi mandul, dan bahkan mereka dipaksa menikah dengan Laki-laki Etnis Han yang berpahamkan komunis yang tidak beragama, tujuannya adalah agar etnis Uighur habis (genosida) di Xin Jiang (Turkistan Timur).
Semua kedzaliman ini terus dirasakan Muslim Uighur, apabila mereka menolak atau melakukan perlawanan, maka mereka akan ditangkap dan dimasukkan dalam camp camp indoktrinasi yang disiapkan rezim komunis Tiongkok. Bahkan, sudah sangat banyak Muslim Uighur yang meregang nyawa demi mempertahankan keimanan mereka. Sampai sekarang penindasan dan kedzaliman tersebut masih berlangsung bahkan semakin biadab.
Fakta Uighur ini sudah lama terjadi, dan isu ini kembali muncul, tatkala Salah Satu Pemain Bola dari Klub Eropa (Mesut Ozl) yang mentwit dari akun pribadinya, betapa prihatinnya dirinya terhadap Penderitaan Muslim Uighur, dan kebingungan dirinya akan umat Islam di seluruh dunia, yang diam melihat fakta Uighur ini. Menurutnya, seharusnya umat Muslim lainnya menolong Muslim Uighur, bukan diam dan tidak peduli, sungguh memprihatinkan.
Seorang Muslim yang mengaku beriman, dia harus mencintai saudaranya (seiman) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri, hal ini berdasarkan hadis Nabi SAW berikut ini:
*عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [رواه البخاري ومسلم]*
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radiallahuanhu, pembantu Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: *Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.* [Riwayat Bukhori dan Muslim]
Arti dari mencintai saudaranya (seiman), seperti mencintai dirinya sendiri adalah menginginkan agar saudaranya mendapatkan kenikmatan seperti yang dia dapatkan, dan merasa sedih serta teriris hatinya, tatkala saudaranya tertindas dan tersiksa (terdzalimi), sebagaimana didzaliminya Muslim Uighur di Turkistan (Xin Jiang), di Palestina, di Suriah, di India, dan di berbagai tempat lainnya.
Selain itu, bukti cinta kepada saudara seiman juga bukan sekedar adanya perasaan sedih dan teriris saat saudaranya tertindas dan tersiksa, namun juga harus dibuktikan dengan usaha sungguh-sungguh, agar saudaranya seiman tidak lagi mengalami penindasan dan kedzaliman secara terus menerus.
Coba renungkanlah analogi berikut ini,
Ketika seorang pelaku penyiksaan dan pemerkosaan ada di hadapan kita, bagaimana penilaian kita pada orang tersebut?, tentu kita akan mengatakan, dia adalah orang yang sangat dzalim. Namun ternyata, ada yang lebih dzalim daripada itu, yaitu saudara sendiri yang menyaksikan serta berdiam diri, tatkala saudaranya disiksa dan diperkosa.
Bahkan, setelah tidak berdaya dia obati saudarinya tersebut, dan setelah sembuh, dia persilakan kembali saudarinya tersebut disiksa dan diperkosa. ADAKAH SAUDARA SEJAHAT INI?
Ternyata, banyak orang-orang yang seperti itu, bahkan bisa jadi kita sendiri adalah pelakunya. Contohnya, *diamnya penguasa negeri-negeri muslim, terhadap penindasan terhadap saudara seiman yang ada di Palestina, Kasmir, Suriah, Turkistan (Muslim Uighur) dan berbagai tempat lainnya.* Mereka adalah saudara yang lebih jahat dari pelaku penindasan yang dimaksud.
Termasuk juga, lembaga-lembaga yang menggalang dana untuk membantu saudaranya di Uighur. Secara kasat mata, kita lihat bantuan tersebut sangat besar manfaatnya bagi saudara kita yang menderita, namun hakikatnya semua itu tidak menyelesaikan masalah. Karena, bantuan tersebut, seumpama saudara yang mengobati saudarinya, namun sehabis itu, dia persilakan kembali saudarinya tersebut untuk disiksa dan diperkosa kembali. (Sungguh Jahat sekali saudara seperti ini)
Namun, analogi ini, bukan berarti kita tidak perlu membantu mereka, kita tetap membantu mereka semampu kita (baik dengan doa, uang atau barang-barang yang diperlukan mereka), sehingga saudara kita di Uighur, dan tempat lainnya, bisa bertahan hidup dalam menghadapi penindasan dan kedzaliman.
Akan tetapi, yang diperhatikan adalah fokus dakwah yang dilakukan, apakah sekedar memberi bantuan materi, atau diteruskan dengan berdakwah menawarkan solusi yang mendasar atas penindasan yang terjadi selama ini?
Karena ketahuilah..bahwa akar permasalahan dari penindasan dan kedzaliman yang dialami oleh umat Islam di Uighur dan daerah-daerah lainnya, adalah dikarenakan tidak adanya persatuan pada umat Islam di atas dunia di masa sekarang ini. Faktanya, umat Islam saat ini terpecah belah menjadi kurang lebih 54 negara yang dibatasi oleh sekat-sekat Nasionalisme yang notabenenya adalah tsaqofah Barat yang beracun.
Sebenarnya seruan persatuan umat ini terus menerus digaungkan, namun seruan hanya sebatas seruan. Tidak ada solusi praktis untuk mempersatukan umat Islam yang ada, malah semakin kabur dan tidak jelas persatuan yang dimaksudkan.
Sebenarnya, solusi praktis yang dimaksudkan sudah ada sejak lama, namun Umat Islam masih belum memahaminya, solusi praktis tersebut adalah ditegakkannya institusi Daulah Khilafah Islamiyyah 'ala Minhajin Nubuwah, yang pada catatan sejarah berhasil mempersatukan umat Islam yang tersebar di 2/3 dunia pada saat itu. Solusi inilah yang harus kita sampaikan kepada umat Islam, sehingga mereka bisa benar-benar menolong saudara seiman mereka yang tertindas di Uighur dan negara-negara lainnya.
Ketika Daulah Khilafah Islamiyyah tegak, pada saat itulah, kekuatan kaum Muslimin akan dapat dipersatukan, sehingga orang-orang kafir tidak akan berani lagi untuk menindas dan mendzalimi saudara kita di Uighur, di Palestina, dan tempat lainnya. *(Ingatlah kisah Khalifah Mu'tasim Billah, yang mengerahkan pasukan yang sangat besar, hanya demi menjawab seruan seorang Wanita yang dikurung di Amuria)*
Sehingga, dakwah yang berisi seruan untuk penegakkan Khilafah 'ala Minhajin Nubuwah, adalah ikhtiar yang sangat tepat untuk membantu saudara kita di Uighur, Suriah, Palestina, dan tempat lainnya. Karena dakwah seperti inilah yang akan menyelesaikan permasalahan tersebut, dengan khilafah lah umat Islam bisa bersatu, dengan khilafah pula, umat Islam bisa memiliki Imam/perisai yang bisa melindungi mereka pada saat ada yang mau mendzaliminya. Semoga kita semua Istiqomah dan bisa menyaksikan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyyah 'ala Minhajin Nubuwah semasa kita masih hidup.. aamiin..